Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HNW: Pilkada Saja Ada Ambang Batasnya, Masa Pilpres Tidak Ada

Kompas.com - 13/01/2017, 16:46 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid mengatakan, meski pemilu legislatif dan pemilihan presiden pada 2019 berlangsung serentak, ambang batas pencalonan tetap dibutuhkan dalam pilpres.

Menurut Hidayat, aturan ini wajar jika mengacu pada pilkada yang mewajibkan partai politik atau gabungan parpol memenuhi syarat ambang batas pencalonan kepala daerah, yakni 20 persen kursi di DPR atau 25 persen perolehan suara pileg DPRD.

"Pilkada saja ada ambang batasnya, masa untuk pilpres enggak ada ambang batasnya," ujar Hidayat saat diwawancarai di Kompleks Parlemen, Senayan , Jakarta, Jumat (13/1/2017).

"Tapi ini masih terus kami kaji juga terkait kelebihan dan kekurangan ditiadakannya presidential threshold (ambang batas), tapi setidaknya analoginya ya itu tadi," kata dia. 

Hidayat menambahkan, jika tak ada presidential threshold, dikhawatirkan bermunculan calon presiden yang dukungan politiknya kecil. Sebab, tanpa presidential threshold, semua partai, termasuk yang baru, berhak mengajukan calon presiden.

Jika seorang calon presiden hanya memperoleh segelintir dukungan politik, dikhawatirkan jika menang, maka legitimasi politiknya juga rendah.

Ini disebabkan para pemilihnya bisa saja sekadar masa mengambang. Tanpa legitimasi politik yang kuat, dikhawatirkan pemerintahan berjalan tidak stabil.

Karena itu, ia menuturkan, keberadaan presidential threshold masih diperlukan. Terkait besarannya, Hidayat mengatakan agar hal itu dibahas di Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Pemilu.

"Kalau besarannya 20 persen masih memungkinkan munculnya dua sampai tiga pasangan calon dan bahkan 4 kontestan. Itu lebih baik karena memberi ruang untuk kontestasi yang lebih terbuka," kata Wakil Ketua MPR ini.

Kompas TV Prabowo Siap Maju Jadi Capres di Pilpres 2019
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com