Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2016: Pernyataan Ahok, Aksi Damai, dan Pemufakatan Makar

Kompas.com - 23/12/2016, 07:56 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Menjelang akhir tahun 2016, dinamika politik dalam negeri bergejolak.

Sejumlah unjuk rasa besar terjadi.

Aksi besar itu merupakan respons atas pernyataan Basuki Tjahaja Purnama, saat masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, yang menyitir Surat Al-Maidah ayat 51 saat menyampaikan sosialisasi di Kepulauan Seribu.

Pernyataan Ahok dianggap penodaan terhadap Islam. Desakan proses hukum disampaikan melalui tiga rangkaian aksi.

Pernyataan Ahok

Berawal dari kunjungan kerja Ahok semasa masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta di Kepulauan Seribu pada 27 September lalu.

Ahok meminta warga tidak perlu khawatir soal kelanjutan program tambak ikan di kawasan tersebut.

Sebab, program tersebut akan tetap berjalan meski dirinya tidak terpilih kembali di Pilkada DKI 2017.

Polemik berawal ketika Ahok meminta warga untuk tidak memilihnya kembali, apabila ada sosok pemimpin yang lebih baik darinya.

Setelah menyampaikan keuntungan program tambak ikan, Ahok memberikan pernyataan yang dinilai menyinggung umat muslim.

Rekaman video pernyataan Ahok itu kemudian diunggah oleh Buni Yani ke Youtube pada 6 Oktober 2016.

Melalui kuasa hukumnya, Aldwin Rahadian, Buni berkeinginan mengajak netizen untuk berdiskusi terkait pernyataan Ahok yang dianggap cukup sensitif.

Buni pun membubuhi video yang diuggahnya dengan pernyataan, “Penistaan terhadap agama?”

Rekaman video yang diunggah Buni ternyata tidak utuh, hanya sekitar 31 detik.

Namun, rekaman itu memantik kemarahan dan melaporkan Ahok ke aparat penegak hukum.

Ahok sendiri telah meminta maaf jika pernyataannya dianggap menyinggung.

Ia menegaskan, tidak pernah berniat menghina agama tertentu.

"Saya sampaikan kepada semua umat Islam atau kepada yang merasa tersinggung, saya sampaikan mohon maaf. Tidak ada maksud saya melecehkan agama Islam atau apa," kata Basuki di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (10/10/2016).

(Baca juga: Ahok Bantah Menghina Kitab Suci)

Selain itu, ia juga menyatakan, tidak memiliki sentimen terhadap agama apapun, termasuk Islam.

Ia mengatakan, selama pemerintahannya, banyak madrasah yang mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Bukan saya mau riya (pamer) ya, sekolah-sekolah Islam yang kami bantu izin berapa banyak, termasuk KJP (Kartu Jakarta Pintar) untuk madrasah, termasuk kami bangun masjid," ujar dia.

Ahok telah ditetapkan sebagai tersangka dan kasusnya tengah diproses di meja persidangan.

Aksi Bela Islam I

Permintaan maaf yang disampaikan Ahok dinilai tidak cukup.

Empat hari kemudian, 14 Oktober 2016, sejumlah organisasi kemasyarakatan keagamaan menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Badan Reserse Kriminal Polri di kawasan Gambir, dan Gedung Balai Kota DKI Jakarta.

Massa yang dipimpin Ketua Front Pembela Islam Rizieq Shihab menuntut, agar aparat hukum mengusut kasus dugaan penistaan agama yang sebelumnya telah dilaporkan ke Bareskrim Polri.

Rizieq  menegaskan, unjuk rasa yang digelar tidak didomplengi kepentingan politik apapun.

Rizieq yang hadir beserta sejumlah ulama itu memastikan bahwa kegiatan mereka murni untuk membela Islam, karena pernyataan Ahok yang dinilai telah melecehkan salah satu ayat Al-Qur’an.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com