Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Masih Takut Bang, Takutnya Ada Gempa Susulan..."

Kompas.com - 10/12/2016, 16:02 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

PIDIE JAYA, KOMPAS.com - Selasar Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pidie Jaya penuh sesak oleh pasien rawat inap. Mereka lebih memilih dirawat di selasar ketimbang di dalam ruangan.

Trauma akan gempa yang terjadi pada Rabu (7/12/2016) kemarin masih membayangi mereka. Suryani, salah satunya. Guru pendidikan anak usia dini (PAUD) itu tergolek lemah di atas tempat tidur di selasar rumah sakit.

Suryani adalah korban gempa yang mengalami luka berat. Perempuan berusia 30 tahun itu tertimpa lemari saat gempa. Akibatnya, tulang punggung Suryani patah. Ia dirawat sejak Rabu malam di sana dan lebih memilih berada di selasar ketimbang di dalam ruangan. Padahal masih ada 20 ruang rawat inap yang siap menampung pasien.

"Masih takut, Bang. Takutnya ada gempa susulan dan nanti malah tertimpa bangunan kalau di dalam. Lebih aman di luar," kata Syakban, adik Suryani yang turut menemani kakaknya di rumah sakit, Sabtu (10/12/2016).

Syakban menyebut gempa kali ini lebih mengejutkan ketimbang saat tsunami di tahun 2004. Meski bermagnitudo lebih kecil, gempa Rabu kemarin dirasa lebih dahsyat guncangannnya.

"Kalau dulu tahun 2004 gempa sebelum tsunami itu menyamping. Kalau yang sekarang itu naik turun dan membuat kami lebih pening," ujar Syakban sembari memeragakan guncangan gempa dengan telapak tangannya yang naik turun.

Gempa kali ini juga diiringi gempa susulan berkali-kali. Itu terjadi tak hanya sekali dan selalu muncul sejak Rabu kemarin hingga hari ini. Setidaknya, gempa susulan terjadi dua kali dalam sehari.

"Kalau sudah begitu, Bang, kami dan para pasien ini pasti panik. Kemarin malam aja waktu ada gempa susulan, meski kecil, kami semua langsung lari ke tengah halaman rumah sakit," ucap Syakban.

"Makanya sedikit saja kami rasakan adanya goncangan, kami biasanya langsung merasa panik. Kayak lagi duduk, ternyata teman disamping kakinya bergoyang dan kami rasakan guncangannya itu bisa panik. Padahal bukan gempa," lanjut Syakban.

Akibat trauma itu, Suryani dan keluarga bersepakat agar tetap melanjutkan proses rawat inap di luar ruangan. Pilihan itu diambil bukan karena mereka tak tahu bahaya yang mengintai saat dirawat di luar ruangan.

Suryani dan keluarga tahu, di dalam ruangan jelas lebih steril dibandingkan di luar. Itu tentu akan berpengaruh saat ia diperban seusai menjalani operasi. Namun, trauma yang membayangi membuatnya merasa lebih aman dirawat di luar.

"Iya, Bang, masih takut kalau di dalam," ucap Suryani yang akhirnya sedikit membuka suara dalam kondisi yang masih lemah.

Menanggapi situasi dilema, Direktur RSUD Pidie Jaya dr. Ernida Idris mengaku telah melakukan trauma healing kepada seluruh pasien yang dirawat di tempatnya.

"Kami sudah sampaikan bahaya kepada mereka bila terus-terusan dirawat di luar ruangan, tapi memang mereka masih takut untuk menginap di dalam. Tapi tetap akan kami carikan jalan keluar yang terbaik," kata Ernida.

Ia pun memahami, proses rawat inap yang berlangsung di luar ruangan tentu tidak baik bagi pasien. Namun, dia juga tak bisa memaksa pasien untuk di rawat di dalam.

Saat ini, terdapat 33 pasien yang dirawat di RSUD Pidie Jaya. Dari 33 pasien, tujuh di antaranya merupakan korban gempa Aceh. Semuanya kini memilih untuk menginap di selasar rumah sakit.

"Mungkin nanti kalau tak ada gempa susulan, kami semua mulai berani untuk ke dalam, semoga gempa susulan tak datang lagi," ujar Syakban.

Kompas TV Masih Banyak Korban Gempa Terjebak Reruntuhan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com