JAKARTA, KOMPAS - Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Ke-71 RI, Kepolisian Negara RI meningkatkan pengamanan di sejumlah daerah dari ancaman teror. Penelusuran akun milik anggota dan simpatisan Negara Islam di Irak dan Suriah pun dilakukan guna mengantisipasi rencana aksi teror.
"Kelompok (teroris) menganggap pemerintah sebagai lawan sehingga simbol-simbol negara dan perayaan nasional, seperti 17 Agustus, menjadi salah satu target aksi penyerangan mereka. Karena itu, kami mencermati dengan baik potensi ancaman itu dengan meningkatkan kewaspadaan," ujar Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, Senin (8/8/2016), di Markas Besar Polri, Jakarta.
Boy menambahkan, karakteristik kelompok teroris ialah selalu mencari waktu yang tepat untuk melakukan amaliah sehingga dapat menghasilkan serangan dengan dampak besar.
Terkait dengan hal itu, tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror menangkap empat tersangka teroris pada 8-10 Juni lalu di Surabaya, Jawa Timur, karena merencanakan aksi teror pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Mereka adalah Priyo Hadi Purnomo, Befri Rahmawan alias Ibnu alias Azis, Feri Novandi alias Abu Fahri alias Koceng, dan Sali As Sabah.
Sementara itu, pada 5 Juli atau satu hari menjelang Idul Fitri, Nurohman meledakkan diri di Markas Kepolisian Resor Kota Solo, Jawa Tengah.
Pada Agustus 2015, Densus 88 Anti Teror juga menangkap empat terdugateroris, yaitu Ibadurrahman alias Ali Robani, Yus Karman, Sugiyanto alias Gentong, dan Syafiudin alias Udin. Mereka merencanakan aksi teror di wihara dan gereja pada 17 Agustus 2015 di Solo.
Telusuri komunikasi
Sebagai salah satu upaya pencegahan, menurut Boy, Polri juga secara intens melacak aktivitas pemimpin sayap militer Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) asal Indonesia, Bahrun Naim. Komunikasi melalui akun media sosial, terutama Facebook, kata Boy, menjadi cara Bahrun Naim merekrut anggota, melatih perakitan senjata dan bahan peledak, hingga merencanakan teror.
"Kami tidak bisa meremehkan kelompok ini karena Bahrun Naim membentuk sel teroris dari Suriah," kata Boy.
Keberadaan Bahrun Naim diketahui pertama kali saat merencanakan dan memberikan dana untuk kelompok teroris pimpinan Ibadurrahman di Solo. Ia juga terlibat perencanaan teror akhir 2015 di Jakarta, yang akan dilakukan Arif Hidayatullah alias Abu Musab.
Pekan lalu, Bahrun Naim pun dicurigai sebagai perencana dan pemberi dana Kelompok Gonggong Rebus (KGR) yang berencana menyerang Singapura.
Menurut Boy, dari hasil komunikasi melalui Facebook, Bahrun Naim memerintahkan KGR untuk merekrut anggota dan menyiapkan aksi teror.
Kepala Kepolisian Daerah Kepulauan Riau Brigadir Jenderal (Pol) Sam Budigusdian mengatakan, pihaknya terus mendalami lima terduga teroris yang ditangkap Jumat (5/8/2016). Lima dari enam orang itu sudah intensif berlatih perang di Batam.
Sebelumnya, Densus 88 Anti Teror menangkap GRD (31), ES (35), T (21), TS (46), HGY (20), dan MT (19) di tempat yang berbeda di Batam (Kompas, 6/8/2016). MT dilepaskan karena bukan sasaran Densus.
Dari Palu, Sulawesi Tengah, dilaporkan, Satuan Tugas Operasi Tinombala mendekati keluarga dari anggota kelompok Santoso, yang tercantum dalam daftar pencarian orang (DPO), untuk membujuk mereka agar menyerahkan diri. Ini dilakukan setelah akhir pekan lalu dua orang yang tercantum dalam DPO menyerahkan diri atas bantuan keluarga.
Jumri alias Tamar menyerahkan diri Jumat (5/8/2016), Salman alias Opik menyerahkan diri Minggu (7/8). Dengan demikian, Satgas masih mengejar 16 orang yang tercantum dalam DPO tersisa. (SAN/RAZ/VDL)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Agustus 2016, di halaman 4 dengan judul "Polri Lacak Akun Anggota NIIS".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.