Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LBH Jakarta Usul Tentara yang Terlibat Kasus Pidana Diadili di Pengadilan Umum

Kompas.com - 02/08/2016, 14:27 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengacara Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Handika Febrian mengapresiasi langkah Polisi Militer Angkatan Laut yang mengirimkan berkas tersangka Koptu Mar Saheri, oknum TNI AL yang terlibat kasus penganiyaan anak, ke Oditurat Militer.

Sidang dijadwalkan digelar pada Kamis (4/8/2016) di Pengadilan Militer Bandung, Jawa Barat.  

"Kami apresiasi proses yang dilakukan Pomal hingga nantinya ada proses pengadilan militer di Bandung. Tapi proses ini berlarut-larut," kata Handika di kantor LBH Jakarta, Selasa (2/8/2016).

Saheri terseret kasus penganiayaan terhadap HA (14) dan SKA (13). Handika mengatakan kliennya, Harjoni Tutut ayah dari HA, Wintarsih dan Inang, orang tua dari SKA, harus meminta dukungan ke berbagai lembaga.

(Baca: Oknum TNI AL Diduga Aniaya Dua Bocah SMP karena Minuman yang Mengenai Tembok Rumah)

Di antaranya Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ombudsman, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA), dan Komnas HAM.

"Berkas yang sudah lengkap dari April, kami tidak tahu kendalanya dimana, sampai proses pengadilan yang akan dilakukan sekarang ini," ucap Handika.

Handika bercerita pernah mendampingi kasus yang melibatkan oknum TNI. Menurut dia, perkara yang melibatkan oknum militer kerap berlarut. 

"Seharusnya para militer aktif yang melakukan tindak pidana umum harusnya diadili di pengadilan negeri. Karena pengadilan militer harusnya terkait dengan kasus kemiliteran," ujar Handika.

(Baca: LBH Sebut Oknum TNI AL yang Terseret Kasus Penganiayaan Anak Segera Disidang)

Handika menduga jika tindak pidana umum disidangkan dalam pengadilan negeri akan menempuh waktu lebih cepat. Selain itu juga menggunakan biaya yang murah dan proses yang terbuka.

Untuk diketahui, terjadi kasus penganiayaan yang dialami oleh HA (14) dan SKA (13). Keduanya diteriaki maling oleh oknum TNI AL, Koptu Mar Saheri, saat melintasi rumah Saheri di Graha Kartika Pratama, Cibinong, Desember tahun lalu. Lantaran botol berisi air teh yang dipegang HA jatuh terlempar mengenai tembok rumah Koptu Saheri.

Teriakan Saheri memincu amarah warga dan langsung mengejar motor yang ditumpangi HA dan SKA. Kemudian, keduanya dipukuli dan dicambuk hingga terancam dibakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com