Di sisi lain, ternyata ada gesekan di internal.
(Baca: Kelompok Santoso Tak Akan Berhenti Rekrut Anggota)
Menurut Analis Kebijakan Madya Divisi Humas Polri Brigadir Jendeal (Pol) Rikwanto, ada kecemburuan sosial dari para anggota terhadap Santoso yang mengistimewakan keluarganya.
Anggota keberatan dengan perintah Santoso untuk melindungi keluarganya dan memperlakukan istrinya secara khusus. "Padahal mereka lagi berjuang, tapi mereka juga disuruh menjaga keluarga Santoso. Ini yang membuat mereka terpecah," kata Rikwanto.
Operasi Belum Berakhir
Tewasnya Santoso tak berarti operasi Tinombala berakhir. Setidaknya 19 anggota kelompok tersebut masih berkeliaran di hutan belantara Poso, termasuk istri Santoso.
Bahkan, kelompok ini memiliki "panglima" cadangan yang diduga kuat akan menggantikan Santoso memimpin kelompok. Mereka adalah Basri dan Ali Kalora, dua orang kepercayaan Santoso.
"Di antara mereka tumbuh saling kepercayaan berlandaskan kemampuan, semangat, dan pemahaman dalam perjuangan," kata Boy.
(Baca: Setelah Santoso Tewas, Polisi Duga Ali Kalora Lanjutkan Gerilya)
Basri disebut memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda dengan Santoso. Sementara Ali Kalora dianggap tak memiliki kemampuan, kompetensi, dan kepemimpinan layaknya Basri dan Santoso.
Kedekatan mereka lantaran kesamaan nasib sebagai orang-orang yang terjebak dalam konflik Poso. Boy mengatakan, mereka kemudian dibina oleh Abu Sayyaf dan mengakar di Poso.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.