Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tito Gandeng KPK, Reformasi Polri Diharapkan Tak Tebang Pilih

Kompas.com - 16/07/2016, 09:48 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar, mengapresiasi sikap Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian atas keinginannya mereformasi institusi kepolisian. Apalagi, Tito juga menyatakan akan melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Bambang menilai bahwa kerja sama antara Polri dan KPK perlu dilakukan agar pembersihan dapat dilakukan secara menyeluruh.

"Diapresiasi. Kalau memang tujuannya untuk membersihkan ke dalam para koruptor-koruptor di lingkungan polisi yang sebagai pejabat, saya kira perlu kerja sama dengan KPK," ujar Bambang saat dihubungi, Sabtu (16/7/2016).

Ia berharap pemberantasan korupsi di lingkungan Polri dapat berjalan secara jujur, independen, obyektif, terbuka, dan tanpa pandang bulu.

(Baca juga Jenderal Tito Gandeng KPK Berantas Korupsi di Tubuh Polri)

Menurut Bambang, jika hal itu benar-benar dilakukan, maka kinerja Polri pun akan diapresiasi oleh masyarakat.

"Tapi kalau nanti pilih-pilih dan tebang pilih ini nanti mengecewakan dan ini tidak akan memperbaiki organisasi," kata dia.

Bambang juga mengimbau agar Tito melakukan pembenahan di tubuh Korps Lalu Lintas Polri, seperti yang diharapkan oleh mantan Ketua KPK, Busyro Muqoddas. Menurut Bambang, masih banyak penyelewengan administrasi di sana.

"Memang di dalam lingkungan Korlantas, secara hidden, masih ada. Katakanlah melebihkan harga melebihi standar harga yang diberikan, kemudian itu dimasukkan cash yang dianggap sebagai pungutan resmi," kata Bambang.

Sebelumnya, Tito mengatakan, akan melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk ikut mereformasi institusi kepolisian. KPK bakal membantu pemberantasan korupsi di lingkungan Polri ataupun penyelesaian kasus korupsi yang ditangani polisi.

Menurut Tito, hal itu dilakukan karena pada dasarnya dia menyadari banyak kasus korupsi yang harus segera dituntaskan.

Terkait pembenahan di tubuh Korlantas Polri, mantan Pimpinan KPK, Busyro Muqoddas, juga berharap Tito mampu menghapus korupsi-korupsi yang terjadi di sana.

Busyro menyebut masih banyak penyelewengan di Korlantas karena sistem manajemen tertutup masih diterapkan hingga saat ini.

Salah satu yang harus diperjelas dalam manajemen Korlantas, misalnya, mengenai uang dari biaya balik nama Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

"Ada biaya balik nama sekian persen dan sebagainya, itu ke mana?" kata Busyro, Jumat.

(Baca juga Busyro Berharap Tito Gandeng KPK Benahi Korlantas Polri)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com