JAKARTA, KOMPAS.com - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri tak berniat untuk merepatriasi warga Indonesia di Turki untuk kembali ke Indonesia. Kata dia, kondisi di Turki saat ini masih belum segenting kondisi di Suriah yang dalam keadaan perang.
"Tidak ada himbauan. Keadaannya berbeda karena memang di Suriah itu kan keadaan perang," kata Arrmanatha di Kompleks Kementrian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (9/6/2017).
Arrmanatha menilai ancaman teroris dapat terjadi di mana-mana, bahkan di negara Eropa ancaman teroris juga cukup tinggi.
Meski belum segenting kondisi di Timur Tengah, Kementerian Luar tetap melakukan koordinasi dengan otoritas Turki untuk mengetahui informasi ancaman teroris. Kementerian Luar Negeri menghimbau kepada WNI di Turki untuk menghindari tempat-tempat keramaian dan tempat pariwisata.
(Baca: Polisi Turki Tangkap 4 Orang Terkait Bom Istanbul)
"Kami imbau untuk hati-hati dan waspada untuk menghindari tempat-tempat yang kemungkinan bisa menjadi target dari pihak teroris. Khususnya kan yang menjadi incaran adalah tempat keramaian dan tempat turis," ucap dia.
Sebelumnya, mahasiswa Indonesia di Istanbul University, Jurusan Fisika, Turki, Azwar Abadi Arsyad menjadi salah satu warga negara Indonesia yang terluka akibat bom yang meledak di Turki, Selasa (7/6/2016).
Azwar mengalami luka ringan di kepala karena terkena plafon ruang kelas ambruk akibat getaran bom.
(Baca: Mahasiswa Indonesia yang Jadi Korban Bom Turki Terluka akibat Plafon Ambruk)
Bom meledak di Istanbul, sekitar pukul 08.50 waktu setempat. Ledakan terjadi di dekat stasiun metro Vezneciler, Kawasan Beyazit.
Azwar mengatakan lokasi bom berada di dekat Fakultas Sains (Fen), di depan stasiun Metro Vezneciler bawah tanah.
Sementara pusat kampus Istanbul University terletak di daerah Beyazit sekitar 700 meter dari stasiun metro Vezneciler. Akibat ledakan tersebut membuat kaca dan bangunan sekitar rusak parah.