JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono menilai, fungsi pangan sebagai kebutuhan pokok kini sudah beralih untuk gaya hidup.
Padahal, kata dia, faktor gaya hidup berdampak pada ketahanan pangan negara.
"Gaya hidup orang juga sangat memengaruhi ketahanan pangan. Mindset, atittude, dan lifestyle, harus berdasarkan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan," ujar SBY di Jakarta, Sabtu (14/5/2016).
Menurut SBY, hasil pertanian sedianya mengakomodasi kebutuhan manusia, bukan keinginan manusia.
SBY mengatakan, sebagian orang makan hanya satu kali sehari. Di sisi lain, sebagiannya lagi justru makan berlebih, cenderung membuang-buang makanan.
"Jadi ini masalah kita. Banyak orang yang harus diberi makan, banyak lahan pertanian harus diperbaiki, banyak daerah yang harus dikoneksi, dan banyak yang harus diintegerasikan antara pemerintah, swasta dan kelompok masyarakat," kata SBY.
Karena itulah perlu adanya teknologi dan inovasi untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Pihak swasta juga diminta berpartisipasi untuk meningkatkan ketahanan pangan itu.
SBY meyakini jika revolusi pangan bisa diwujudkan jika Indonesia mampu berinovasi dan menemukan teknologi yang kuat untuk menggenjotnya.
"Apakah pemerintah bisa menyuplai pangan ke masyarakat yang makin banyak populasinya? Jawaban saya, 'yes we can. Yes we have to (iya, kita bisa, kita harus begitu)'," kata SBY.