JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Panitia Pengarah Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar, Andi Sinulingga mengaku, banyak cara yang digunakan bakal calon ketua umum untuk menggaet dukungan, tetapi memakai cara tidak halal.
Karena itu, panitia mesti memutar otak untuk meminimalkan hal tersebut.
Menurut dia, ada beberapa modus yang digunakan para calon untuk memastikan apakah mereka benar-benar mendapat dukungan setelah menyebar uang ke para pemilik suara. Hal itu dapat terlihat saat pemilihan.
"Misalnya kalau dengan tulis itu seperti 'Andi Sinulingga Oke', oh ini dari kabupaten A, atau 'Andi Sinulingga Yes', ini dari Kabupaten C," kata Andi saat dihubungi, Senin (2/5/2016).
(baca: Syarat Setoran Rp 1 Miliar bagi Caketum Golkar Bisa Dimanfaatkan Cukong Politik)
"Atau cara lain dengan mencoblos. Misalnya mencoblos kuping itu tanda untuk kabupaten A, atau mencoblos di tangan kanan atau kiri itu dari kabupaten mana," lanjut dia.
Untuk meminimalkan praktik tersebut, maka metode pemilihan yang digunakan kelak, yakni dengan melingkari nomor urut calon. Nantinya, pada kertas suara yang akan dibagikan kepada pemilik suara akan terdapat gambar calon dan nomor urutnya.
(baca: Syarat Setoran Caketum Golkar Akan Jadi Lingkaran Setan bagi Partai Politik)
Nomor itu lah yang nantinya akan dipilih oleh para pemilik suara untuk menentukan pilihannya.
"Proses pengambilan nomor urut akan dilakukan tanggal 7 Mei, setelah berkas diverifikasi dan kandidat yang lolos diplenokan SC," ujarnya.
Ia menambahkan, siang ini Panitia Munaslub akan menggelar sosialisasi terhadap para calon ketua umum. (baca: Siang Ini, Golkar Sosialisasikan Tahapan Munaslub)
Sejauh ini, sudah ada sebelas nama yang ingin memimpin Golkar, yakni Ade Komarudin, Setya Novanto, Airlangga Hartarto, Idrus Marham, Aziz Syamsudin, Mahyudin.
Kemudian, Syahrul Yasin Limpo, Indra Bambang Utoyo, Priyo Budi Santoso, Hutomo Mandala Putra dan Wati Amir.