JAKARTA, KOMPAS.com — Pembebasan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera oleh kelompok bersenjata di luar negeri memang bukan perkara yang mudah.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, mengakui bahwa upaya penyelamatan sandera Abu Sayyaf bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan.
Meskipun begitu, ia mengatakan, Pemerintah Indonesia masih terus mengupayakan semaksimal mungkin.
"Ini bukan suatu hal yang mudah, namun kita terus upayakan semaksimal mungkin," ujar Arrmanatha saat dihubungi, Kamis (14/4/2016).
(Baca: Sudah Lebih dari Dua Minggu, Pemerintah Masih Upayakan Pembebasan 10 WNI yang Disandera Abu Sayyaf)
Ia pun menuturkan, komunikasi dan koordinasi dengan Pemerintah Filipina masih terus berlangsung sampai saat ini.
"Kami masih terus mengupayakan pembebasan. Komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak terus berlangsung," ungkap dia.
Sementara itu, beberapa waktu lalu Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menegaskan bahwa saat ini Kemenlu telah menunjuk dua liaison officer (LO) untuk mengintensifkan komunikasi dan koordinasi dengan pihak keluarga 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Penunjukan tersebut, kata Retno, merupakan upaya yang dilakukan Kemenlu agar pihak keluarga terus mendapatkan perkembangan terkini mengenai kondisi para sandera.
(Baca: Ali Fauzi: Kelompok Abu Sayyaf Biasa Tahan Sandera Lebih dari 6 Bulan)
Selain itu, Menlu juga telah melakukan pertemuan dengan Presiden Filipina. Kemudian, di tempat terpisah, Retno juga bertemu Menteri Luar Negeri Filipina dan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina.
Dalam pertemuan tersebut, Menlu berupaya mengintensifkan komunikasi dan koordinasi terkait upaya pembebasan sandera, menekankan pentingnya keselamatan para sandera, dan menyampaikan apresiasi atas kerja sama dengan Filipina.
(Baca: Kelompok Abu Sayyaf Dinilai Ingin Sampaikan Pesan Lemahnya Filipina)
"Sesuai instruksi dari Presiden Jokowi, saya telah melakukan kunjungan ke Filipina pada tanggal 1-2 April 2016 lalu. Hasil pertemuan sudah saya laporkan kepada Presiden," tutur Retno saat memberikan keterangan pers di Gedung Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Selasa (5/4/2016).
Namun, hingga kini, kejelasan nasib para WNI itu masih terombang-ambing lantaran proses penyelamatan belum membuahkan hasil.