Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Sentilan Ketua MPR untuk Otonomi Daerah

Kompas.com - 28/03/2016, 19:06 WIB
advertorial

Penulis

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dinilai membawa perubahan. Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menilai era otonomi daerah ini membawa banyak kemajuan, di antaranya pembangunan yang berkembang serta demokrasi semakin matang.

Namun tak semuanya berjalan pada jalurnya. Saat ditemui di Universitas Trilogi, Kalibata, Jakarta, Senin (28/3/2016) Zulkifli mengatakan mencatat sejumlah hal dari otonomi daerah yang perlu disempurnakan.

Yang pertama, menurut Zulkifli, adalah soal kewenangan pemerintah daerah dalam memanfaatkan sumber daya alam. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 tertulis “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Namun di sebagian daerah realitanya tidak demikian.

“Terjadi eksploitasi yang luar biasa. Seharusnya kekayaan itu dipergunakan untuk keperluan rakyat, tapi karena kewenangannya dipegang pemerintah daerah, kadang-kadang kurang tepat,” ujar Zulkifli saat menjadi narasumber pada Seminar Nasional dan Call Papers bertema “Menyongsong Dua Dekade Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI dan Kesejahteraan Sosial” di Universitas Trilogi, Kalibata, Jakarta, Senin (28/3/2016).

Ia menceritakan, dalam sebuah kunjungannya ke Sulawesi Selatan pada saat menjabat sebagai Menteri Kehutanan, Zulkifli menemukan terjadinya penandatanganan kerja sama pengusaha Tiongkok dengan pemerintah daerah untuk menggali nikel di wilayah tersebut. Perizinan itu diberikan oleh bupati yang saat itu menjabat. Itu merupakan salah satu contohnya.

Yang kedua, otonomi daerah dinilai dapat menimbulkan kesenjangan dalam pengelolaan lahan, penguasaan sumber daya alam, sampai kehidupan sosial.

Kadang, menurut Zulkifli, pemimpin daerah mengalami disorientasi berbangsa dan bernegara alias tak mengerti apa tujuan mereka menjadi pemimpin. Seringkali, mereka berpikir menjadi bupati misalnya, hanya untuk tujuan memperoleh jabatan, kekuasaan, dan kekayaan. Itu sebabnya kesenjangan pun tampak nyata. Ketika rumah bupati atau gubernur tampak megah, sedangkan rakyat masih saja tinggal di rumah bobrok.

“Ada yang nggak pernah ngerti ketatanegaraan lalu jadi gubernur. Padahal tujuan dan tugas pokoknya ya melayani,” ungkap Zulkifli.

Otonomi daerah juga menimbulkan isu-isu kedaerahan. Zulkifli mencontohkan, beberapa daerah masih membuat “peraturan” bahwa yang berhak menjadi pemimpin adalah orang asli daerah tersebut.

“Ini adalah NKRI. Siapapun, dari manapun, berhak untuk hidup di daerah manapun. Ini juga yang harus kita sempurnakan peraturan dan perundang-undangannya agar otonomi daerah itu sesuai dengan yang kita harapkan,” tutur ia.

Tetapi, Zulkifli mengatakan dengan melaksanakan otonomi daerah, negara ini sudah memilih jalan yang benar.

“Kekurangan memang ada, tapi tugas kita semua untuk memperbaiki apa yang belum baik,” ujar ia. (adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com