Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: Jangan Mau Dibohongi

Kompas.com - 19/12/2015, 18:54 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Presiden RI ke-5 Megawati Soekarno Putri menyatakan, bangsa Indonesia masih sering dibohongi oleh negara lain. Hal itu disampaikan Mega terkait banyaknya tanaman Indonesia yang diklaim oleh negara lain.

"Nepenthes, saya sakit hati. Saya pas di Belanda, tanya itu asalnya dari mana, jawabnya dari negaranya (Belanda). Saya tahu dia bohong, enggak ada Nepenthes hidup di negara empat musim, adanya di negara dua musim," kata Mega di Purwokerto, Sabtu (19/12/2015).

Mega mengaku, tahu betul mengenai nepenthes atau Kantung Semar ini, karena selama ini berkonsentrasi dan peduli pada lingkungan.

Ia menyebut, nepenthes yang berada di Belanda sudah berhasil dikecilkan, serta dijual dengan harga yang relatif mahal. "Jadi, jangan mau dibohongi," kata dia.

Ketua Umum Yayasan Kebun Raya Indonesia itu menambahkan, selain Belanda, Singapura juga kerap mengklaim asal flora dari Indonesia. Saking banyaknya yang diklaim, ia kerap bermusuhan dengan Singapura.

"Singapura negara kecil itu klaim flora kita. Pohon Damar itu diklaim milik mereka. Saya tanya, daerah mana yang bisa nanam pohon Damar," tambah dia.

Menurut dia, keanekaragaman hayati Indonesia adalah yang terbaik di dunia. Namun flora Indonesia tidak banyak tereksplorasi lantaran tidak ada keseriusan dari pemerintah dan masyarakatnya.

Bukti dari melimpahnya flora adalah lamanya Thomas Raffles tinggal di Indonesia, hingga hingga istrinya meninggal di Indonesia (Bogor).  Raffles lantas membawa banyak tanaman ke luar negeri.

Semestinya, lanjut Mega, seluruh flora bisa ditampilkan dalam museum dan kebun raya. Semua negara lain telah mempunyai, serta menampilkan dengan baik dan membanggakan.

"Padahal modal tanamannya negara lain sedikit. Katanya Brazil nomor satu, saya pikir bangsa Indonesia, tapi di sini mengapa tanaman dibiarkan, dicuri oleh asing," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com