Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Perempuan Ikut Pilkada

Kompas.com - 20/11/2015, 17:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Keterlibatan perempuan dalam dunia politik di Indonesia bukanlah cerita baru. Negeri ini pernah memiliki perempuan presiden, yaitu Megawati Soekarnoputri.

Sejumlah daerah juga pernah dipimpin oleh perempuan, seperti Surabaya, Jawa Timur, dan Tangerang Selatan, Banten.

Tri Rismaharini atau Risma memimpin Surabaya pada 2010-2015. Sementara itu, sejak 2011, Tangerang Selatan (Tangsel) dipimpin Airin Rachmi Diany.

Pada pemilihan kepala daerah tanggal 9 Desember mendatang, Risma dan Airin kembali bertarung. Risma berpasangan lagi dengan Wisnu Sakti Buana. Airin juga kembali berpasangan dengan Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie.

Risma dan Airin bukan satu-satunya perempuan yang ikut pilkada di daerahnya.

Dari tiga pasangan yang bertarung di Pilkada Tangsel, ada tiga perempuan di dalamnya. Selain Airin, mereka adalah Li Claudia Chandra, seorang sosialita sekaligus pengusaha kuliner, dan Elvier Ariadiannie Soedarto Poetri, yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter.

Li Claudia Chandra maju sebagai calon wakil wali kota mendampingi Ikhsan Modjo. Sementara Elvier sebagai calon wakil wali kota mendampingi Arsid, mantan pegawai negeri sipil Kabupaten Tangerang.

Di Surabaya ada dua pasangan yang bertarung. Selain Risma-Wisnu, satu pasangan lainnya ada Rasiyo-Lucy Kurniasari.

Li Claudia Chandra mengaku baru aktif bergabung dengan Partai Gerindra sejak awal 2014. Meski belum lama berkiprah di politik, dia optimistis menghadapi pilkada mendatang.

Sementara itu, Elvier memutuskan ikut pilkada menjelang waktu penutupan pendaftaran pasangan calon. Ketika itu, calon wali kota pasangannya, yakni Arsid, mendadak batal berpasangan dengan Intan Nurul Hikmah, adik Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar.

"Saya mendadak dikabari untuk menggantikan Bu Intan. Kalau saya tidak maju, bisa-bisa Pak Arsid tidak ikut Pilkada Tangsel," kata kader Partai Hanura ini.

Li Claudia Chandra, Elvier, dan Airin sama-sama maju dan bertarung dalam pilkada karena menyadari bahwa pembangunan membutuhkan sentuhan tangan seorang perempuan.

"Perempuan itu lebih telaten, rapi, teliti sehingga pekerjaan bisa rampung dengan sempurna. Dalam sikap lembutnya, ia bisa tegas," kata Elvier.

Sementara Li Claudia Chandra mengatakan, kecantikan wajah bukanlah segalanya. "Cantik itu relatif. Sebagai pemimpin, hatinya harus cantik. Harus penuh cinta dan kasih terhadap warganya," ujarnya.

Adapun Airin mengatakan, segala kekurangan yang sudah dibangun selama ini akan dibenahi menjadi semakin sempurna pada periode kedua ini.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com