Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Rekrutmen 100 Juta Kader Bela Negara Dinilai Tidak Realistis

Kompas.com - 13/10/2015, 07:36 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin menilai, target yang dipatok Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu untuk merekrut kader bela negara tidak realistis. Ryamizard menargetkan dapat merekrut 100 juta personel dalam sepuluh tahun. (baca: Menhan Targetkan Rekrut 100 Juta Kader Bela Negara)

"Dilihat dari targetnya ini berarti 10 juta orang per tahun atau 833 ribu orang per bulan. Jumlah ini sangat fantastis dibandingkan dengan sarana pelatihan yang dimiliki Badiklat (Badan Pendidikan dan Pelatihan) Kemenhan yang hanya mampu menampung 600 orang saja," kata Hasanuddin, melalui keterangan tertulis, Senin (12/10/2015).

Selain itu, politisi PDI Perjuangan itu, mengatakan, hingga kini belum ada pembicaraan yang lebih rinci mengenai anggaran rekrutmen personel bela negara antara pemerintah dengan DPR. (baca: Komisi I: Bela Negara Beda dengan Wajib Militer)

Ia mencontohkan, jika dalam kurun waktu lima tahun ke depan dilatih 50 juta orang dengan anggaran pelatihan Rp 10 juta per orang, maka dibutuhkan anggaran sekitar Rp 500 triliun. (baca: Menko Polhukam Akan Koreksi Program Bela Negara)

"Lalu, uangnya dari mana? Untuk anggaran TNI dalam pengadaan alutsista saja pemerintah malah menguranginya," ujarnya.

Saat ini, menurut Hasanuddin, TNI masih kekurangan anggaran sebesar Rp 36 triliun untuk pembelian alutsista. Jika anggaran itu tidak dipenuhi, ia memprediksi, rencana strategis tahap kedua untuk pembangunan Minimum Essential Force (MEF) pada 2019 mendatang tak akan tercapai.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan anggota Komisi I DPR yang lain, Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries Saputra juga menyoroti persoalan anggaran tersebut. Supiadin mengatakan, saat ini pemerintah telah memotong anggaran belanja pertahanan dan TNI pada penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016.

"Ini sumber anggarannya dari mana?" kata Supiadin, Senin.

Sementara, Fahri mengatakan, perlu ada nomenklatur yang jelas pada APBN untuk program bela negara. Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu, mengingatkan, jangan sampai pemerintah menggunakan dana swasta untuk rekrutmen dan pembiayaan program tersebut.

"Apakah sudah pernah diajukan? Dana apa yang dipakai? Itu kan harus ada nomenklaturnya," kata Fahri.

Seperti diberitakan Harian Kompas, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin menuturkan, pusat pelatihan tersebut mampu menampung 600 orang. Di lokasi tersebut disediakan berbagai fasilitas, seperti ruang kelas, poliklinik, hingga sarana olahraga.

"Pusat pelatihan itu dibangun di atas lahan seluas 7 hektar dan akan berfungsi sebagai sentra pelatihan bela negara per 1 Januari 2016," kata Hartind, saat mendampingi Ryamizard ketika meninjau lokasi latihan militer di Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (8/10/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Undangan Jokowi ke Rakernas PDI-P, Puan: Belum Terundang

Soal Undangan Jokowi ke Rakernas PDI-P, Puan: Belum Terundang

Nasional
Kata Kemenkes soal Gejala Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 yang Merebak di Singapura

Kata Kemenkes soal Gejala Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2 yang Merebak di Singapura

Nasional
Dewas Sebut KPK Periode Sekarang Paling Tak Enak, Alex: Dari Dulu di Sini Enggak Enak

Dewas Sebut KPK Periode Sekarang Paling Tak Enak, Alex: Dari Dulu di Sini Enggak Enak

Nasional
MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

MK Sebut 106 Sengketa Pileg 2024 Masuk ke Tahap Pembuktian Pekan Depan

Nasional
Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa 'Dikit' Viralkan

Ingatkan Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi, Jokowi: Ada Apa "Dikit" Viralkan

Nasional
Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Komisi II Setuju Perbawaslu Pengawasan Pilkada 2024, Minta Awasi Netralitas Pj Kepala Daerah

Nasional
Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema 'Student Loan' Imbas UKT Mahal

Sri Mulyani Irit Bicara Soal Skema "Student Loan" Imbas UKT Mahal

Nasional
Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Angka IMDI 2023 Meningkat, Indonesia Disebut Siap Hadapi Persaingan Digital

Nasional
Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Kejagung Koordinasi dengan KIP soal Transparansi Informasi Publik

Nasional
Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Penerbangan Jemaah Bermasalah, Kemenag: Performa Garuda Buruk

Nasional
Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Kemenkes Minta Masyarakat Tidak Khawatir atas Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura

Nasional
Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Kasus Simulator SIM, Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi

Nasional
Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Bobby Berpeluang Diusung Gerindra pada Pilkada Sumut Setelah Jadi Kader

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pramono Anung: Tanya ke DPP Sana...

Nasional
Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Pimpinan MPR Temui Jusuf Kalla untuk Bincang Kebangsaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com