Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aturan Sistem Keamanan Kompleks Parlemen Rampung 10 Hari ke Depan

Kompas.com - 02/10/2015, 16:03 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Badan Legislasi DPR Firman Soebagyo mengatakan, Baleg telah meminta Biro Umum Sekretariat Jenderal DPR untuk menyusun perencanaan sistem keamanan terpadu (SKT) di lingkungan DPR. Penyusunan itu ditargetkan rampung dalam kurun waktu sepuluh hari.

"Kemarin (Rabu 30/9/2015), kita sudah keliling dengan aparat kepolisian untuk melihat kondisi di Kompleks Parlemen. Saya sudah minta kepada Biro Umum untuk segera menyelesaikan perencanaan sistem keamanan terpadu itu," kata Firman di Kompleks Parlemen, Jumat (2/10/2015).

Firman menjelaskan, Kompleks Parlemen merupakan bagian dari obyek vital nasional yang perlu mendapat pengamanan dari aparat keamanan. Sejak reformasi hingga kini, sistem pengamanan Kompleks Parlemen menggunakan Prosedur Tetap 2003. Sehingga, sistem pengamanan Kompleks Parlemen itu dinilai sudah usang.

Ia menambahkan, dari hasil rapat antara Baleg DPR dengan Sekretariat Jenderal DPR, Sekretariat Jenderal MPR dan Sekretariat Jenderal DPD pada April 2015 lalu, disepakati jika sistem pengamanan yang ada harus disatukan. Sebab, sistem pengamanan dalam yang ada saat ini dinilai masih kurang memadai.

"Karena yang sekarang ini DPR punya pamdal sendiri, DPD punya sendiri, MPR punya sendiri. Masing-masing punya Protap berbeda, sementara akses masuk tuh satu kompleks," ujarnya.

Lebih jauh, ia mengatakan, dalam menjalankan tugasnya, Pengamanan Dalam DPR/MPR/DPD dibantu aparat kepolisian. UU mengamanatkan jika pengamanan Kompleks Parlemen menjadi tanggungjawab aparat kepolisian. Namun, aparat kepolisian tidak bisa bertindak cepat jika terjadi peristiwa kekerasan di dalam kompleks tersebut.

"Polisi sampai sekarang hanya sebagai supporting yang diperbantukan. Oleh karena itu, kalau ada huru hara di sini, wartawan gebuk-gebukan, polisi tidak bisa ambil tindakan kalau tidak ada yang lapor," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com