Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendagri Ingatkan Daerah Percepat Penyerapan Anggaran

Kompas.com - 28/09/2015, 17:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengingatkan seluruh pemerintah daerah untuk mempercepat penyerapan anggaran mengingat sudah memasuki akhir tahun 2015.

"Kepada seluruh pejabat dan staf Kemendagri yang bertugas di daerah tolong ingatkan masalah penyerapan anggaran, baik di provinsi, kabupaten, dan kota, termasuk penyerapan dana desanya," kata Tjahjo di Jakarta, Senin (28/9/2015), seperti dikutip Antara.

Dia mengingatkan, penyerapan anggaran pemerintah daerah hingga kuartal kedua tahun 2015 masih jauh dari 50 persen, yakni hanya 25,92 persen. (Baca: Luhut Optimistis Penyerapan Anggaran Capai 93 Persen pada Akhir Tahun)

Oleh karena itu, melalui monitoring berkala terhadap para pejabat daerah, Mendagri optimistis, penyerapan anggaran di kuartal ketiga dan keempat diharapkan dapat mencapai angka di atas 80 persen.

"Dari hasil monitoring, itu semua meyakinkan bahwa penyerapannya bisa di atas 80 persen, baik di provinsi, kabupaten, maupun kota," ujarnya.

Terkait dana desa, Mendagri juga mengingatkan jajarannya bahwa sekarang ini penyerapannya belum mencapai 40 persen sehingga pelaksanaannya harus dioptimalkan agar penyerapan anggaran desa dapat segera bergerak dan pertumbuhannya bisa berjalan. (Baca: Pemerintah Pertimbangkan Beri Sanksi Daerah dengan Penyerapan Anggaran Lemah)

"Tolong juga dimonitor untuk penyerapan dana desa karena tahun depan anggarannya meningkat menjadi Rp 40,8 triliun yang langsung disalurkan ke desa," kata Tjahjo.

Mendagri telah mengirimkan surat edaran kepada seluruh kepala daerah mengenai pelaksanaan dana desa yang masih lamban di daerah. Dalam surat tersebut disampaikan peringatan agar penyaluran dana desa dari bupati atau wali kota kepada kepala desa agar tidak dilakukan secara bertahap.

Mendagri meminta para kepala daerah untuk membuat petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana penggunaan dana desa secara sederhana agar mudah dimengerti oleh aparat desa.

Selain itu, dia meminta pemerintah kabupaten dan kota untuk melakukan monitor kepada desa dalam melaksanakan program pembangunannya.

"Dana desa yang sudah turun, secepatnya direalisasikan bergerak sesuai petunjuk dari Kementerian Desa (Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi). Pada prinsipnya, kami memerlukan penyerapan anggaran yang cepat dan pelaksanaan program yang sesuai," katanya.

Kementerian Dalam Negeri sebelumnya mencatat ada lima pemerintah provinsi yang penyerapan anggarannya sangat rendah hingga Juli 2015. Meski sudah pertengahan tahun, penyerapan anggaran di lima daerah itu masih di bawah 30 persen.

Lima daerah dengan anggaran terendah, yakni Kalimantan Utara dengan 18,6 persen, DKI Jakarta 19,2 persen, Papua 21,7 persen, Jawa Barat 25,5 persen, dan Riau 25,5 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com