Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Lagi "Voting", NU Akan Pilih Rais Am dengan Musyawarah Mufakat

Kompas.com - 22/06/2015, 14:35 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pemilihan Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui muktamar tahun ini akan berbeda dengan sebelumnya. Tahun ini, pemilihan dilakukan melalui musyawarah mufakat, sementara sebelumnya melalui voting.

"Dari 1984 hingga 2010 itu voting semua, tapi sekarang kami kembalikan kepada periode yang lama," kata Ketua Panitia Muktamar NU Imam Aziz di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (22/6/2015).

Hari ini, pengurus NU menemui Kalla untuk mengundangnya hadir dalam Muktamar NU yang digelar di Jombang, Jawa Timur pada 1 hingga 5 Agustus. Kalla adalah salah satu Dewan Pertimbangan NU.

"Dan Beliau (Kalla) sangat menyambut positif adanya perubahan cara pemilihan dalam NU ini, karena NU ini adalah organ ulama sehingga sistem pemilihan yang diberlakukan juga mencerminkan bagaimana ulama itu ditinggikan harkat dan martabatnya," sambung Imam.

Ia juga menyampaikan bahwa pemilihan Rais Am PBNU mendatang diubah menjadi musyawarah mufakat dengan harapan menempatkan ulama pada tempat yang lebih baik. Dengan demikian, ulama tidak seperti kandidat parpol yang dipilih melalui voting.

"Tujuannya baik, menempatkan ulama pada tempatnya, jadi jangan menempatkan ulama seperti kandidat parpol," ucap dia.

Imam juga berharap muktamar kali ini bisa menjadi muktamar yang berkualitas. Diharapkan muktamar tahun ini tidak hanya membahas calon Rais Am, tetapi lebih fokus kepada penataan organisasi ke depannya. (baca: NU: KPK Harus Diperkuat)

"Juga nanti untuk ke depannya akan fokus tiga hal untuk program, yaitu bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi," sambung Imam.

Terkait pertemuannya dengan Kalla, Imam menyampaikan bahwa Wapres berharap NU bisa menguatkan kepengurusannya hingga tingkat ranting. Dengan demikian, NU nantinya diharapkan tidak lagi seperti menganut model waralaba, tetapi bisa mengontrol programnya dari pusat hingga ke akar rumput.

"Kalau Beliau (JK) istilahkan sosial enterprise, itu sangat penting untuk pengurus NU yang akan datang sehingga NU menurut Beliau tidak lagi mencerminkan model franchise (waralaba), tetapi ini suatu organ yang efektif bisa mengontrol program-program sampai ke grass root (akar rumput)" ucap dia.

Imam juga menyampaikan bahwa dalam muktamar nantinya, NU akan membahas sejumlah hal, di antaranya mengenai upaya pemberantasan korupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com