SURABAYA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa berjanji untuk siap membantu masyarakat dalam mengakses ribuan beasiswa S2 dan S3 yang ada pada sejumlah kementerian. Menurutnya, ada ribuan beasiswa dengan nilai Rp 18 triliun yang bisa diakses dari kementerian.
"Ada 5.000 beasiswa S3 di Kemenag, dan ada ribuan beasiswa S2 dan S3 senilai Rp18 triliun di luar Kemenag, saya siap jadi pelayan masyarakat untuk mengakses beasiswa itu," katanya di Surabaya, Minggu malam.
Di hadapan ribuan peserta Haul I Indar Parawansa (suami Khofifah) di kediamannya, Jemursari, Surabaya, menteri yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU itu menyatakan, beasiswa diharapkan bisa mendorong warga NU untuk menjadi writing society atau masyarakat yang menulis. Menurut Khofifah, sudah saatnya warga NU menjadi "writing society" dan bukan lagi "reading society".
"Ada 106 juta dari 250 juta penduduk Indonesia adalah warga NU. Karena itu menarik warga NU menjadi writing society akan sama halnya dengan memajukan peradaban Indonesia, apalagi NU mengembangkan Islam yang santun dan ramah," katanya.
Menurut dia, peran NU memang tidak tercatat dalam sejarah, karena keikhlasan para tokoh NU. Sehingga, Pusat Sejarah TNI hanya mencatat 12 nama tokoh Hizbul Wathon yang berperan dalam Pertempuran 10 November 1945, padahal mestinya lebih dari itu.
"Untungnya ada film Sang Kiai, sehingga peran NU mulai terlihat, namun hal itu menunjukkan pentingnya warga NU menjadi writing society agar jangan sampai seperti dalam Buku Sejarah kelas 3 SD yang mencatat peran sejumlah elemen masyarakat tapi di sana tidak ada elemen NU," katanya.
Dalam kesempatan itu, Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi yang menyampaikan Tausiyah Haul menegaskan bahwa warga NU sebenarnya bukan orang yang tidak pintar bila diberi kesempatan, karena itu peluang beasiswa S2 dan S3 harus dimanfaatkan.
"Warga NU itu secara akademik tidak terlalu bodoh, buktinya lebih dari 50 persen tenaga akademik di UI itu sebenarnya warga NU. Tapi mayoritas warga NU memang masih menjadi 'Masyarakat Dengar', karena itu harus dijadikan 'Masyarakat Baca'," katanya.
Menurut dia, ilmu di tangan orang yang tidak benar akan menjadi mubazir atau bahkan disalahgunakan. "Misalnya, sarjana hukum yang mengakali hukum, atau ilmu agama yang disalahgunakan untuk kekerasan, padahal Nabi Muhammad SAW tidak mengajarkan paksaan dalam beragama," katanya.
Acara haul (peringatan tahunan terkait wafat seseorang) di rumah Mensos itu dihadiri sejumlah ulama, di antaranya KH Dzulhilmi (Surabaya), KH Muhyiddin Abdusshomad (Jember), KH Muchit Murtadlo (Surabaya), dan sebagainya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.