Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW Nilai SBY Lebih Baik Dibanding Jokowi dalam Susun Kabinet

Kompas.com - 17/10/2014, 16:42 WIB
Fathur Rochman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai, pembentukan kabinet pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono lebih baik dibanding presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi). Pada era SBY, pembentukan postur kabinet dianggap lebih transparan dan terbuka.

"Jokowi masih kalah membangun postur kabinetnya dibanding SBY. Kalahnya Jokowi itu ada di proses," ujar peneliti ICW, Donal Fariz, dalam konferensi pers bertema "Jangan Pilih Anggota Kabinet Bermasalah", di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2014).

Donal mengatakan, pada saat membentuk postur kabinetnya, SBY secara terbuka memanggil para calon menterinya ke kediamannya di Cikeas, Bogor. SBY, kata dia, ingin menunjukkan bahwa pembentukan kabinetnya dilakukan secara transparan dan akuntabel. (Baca: Ini Cara Jokowi Seleksi Menterinya)

Sementara itu, Jokowi, lanjut dia, hingga saat ini tidak melakukan hal yang serupa dengan SBY. Jokowi terkesan melakukan "operasi senyap" dalam pembentukan postur menterinya. Padahal, pada saat kampanye, Jokowi berjanji untuk melakukan seleksi menteri secara terbuka dan partisipatif.

"Jokowi berjanji transparansi, tapi sampai sekarang belum dilakukan. Kami mau ingatkan Jokowi untuk menunjukkan janji tersebut," ucap Donal.

Donal mendesak agar Jokowi segera melakukan transparansi dalam pembentukan menterinya. Meskipun pengangkatan menteri merupakan hak prerogatif presiden, semangat Jokowi untuk menghadirkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel harus dimulai sejak sekarang.

"Jika pembentukannya secara transparan, akan hadir pemerintahan yang bersih," ujar Donal.

Proses seleksi calon anggota kabinet mendatang memang tidak dilakukan secara terbuka. Hanya, tim Jokowi meminta pendapat publik siapa yang layak untuk mengisi jajaran kabinet mendatang.

Proses terakhir, Jokowi sudah menyerahkan sebanyak 43 calon anggota kabinetnya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Nantinya, calon para pembantu Jokowi-Jusuf Kalla itu akan ditelusuri kedua lembaga tersebut.

Namun, Jokowi tetap tidak mau mengungkap siapa saja 43 orang itu. Jokowi meminta publik menunggu pengumuman pada Selasa (21/10/2014), atau sehari setelah pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. (Baca: Jokowi Serahkan 43 Calon Menterinya kepada KPK dan PPATK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

Nasional
Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Nasional
Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Nasional
Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nasional
PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Nasional
Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Nasional
Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Nasional
Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Nasional
Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Nasional
Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Nasional
Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Nasional
KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

Nasional
Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com