Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPR dari PKB Tak Akui Setya Novanto sebagai Ketua DPR

Kompas.com - 02/10/2014, 20:04 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Daniel Johan, menyatakan bahwa keputusan rapat paripurna yang menetapkan Setya Novanto sebagai Ketua DPR periode 2014-2019 tidak sah. Daniel menyatakan akan menyampaikan protesnya pada sidang paripurna selanjutnya.

"Kami memandang bahwa hasil rapat paripurna tentang pemilihan pimpinan DPR tersebut tidak sah karena adanya beberapa indikasi pelanggaran," kata Daniel di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (2/10/2014).

Daniel menjelaskan, indikasi pelanggaran itu terlihat dari belum adanya kesepakatan dari anggota DPR baru terhadap tata tertib yang telah disahkan oleh anggota DPR periode sebelumnya. Daniel menilai, para anggota DPR baru saja kehilangan hak aspirasi untuk membahas peraturan yang akan mengikat selama satu periode.

Daniel melanjutkan, rapat konsultasi itu tidak mencapai titik temu mengenai jadwal dan agenda rapat. Walaupun demikian, kata Daniel, Otje Popong Djundjunan yang menjadi pimpinan sidang memaksakan untuk melanjutkan dan menyelesaikan sidang pada malam itu juga.

"Bahkan, rapat konsultasi tersebut belum ditutup, tetapi sudah dianggap selesai dan dibawa ke rapat paripurna. Secara prosedur juga tidak sah karena tak ada pengesahan tata tertib," ujarnya.

Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB itu melanjutkan, pemilihan pimpinan DPR juga tak dapat dilakukan dalam rapat paripurna tersebut karena pembentukan fraksi sebagai kepanjangan tangan partai belum selesai dilakukan. Pada agenda awal rapat paripurna itu, Daniel melanjutkan, Fraksi PKB, Fraksi PDI Perjuangan, dan Fraksi Hanura belum menyerahkan susunan fraksinya.

"Secara prosedural, maka agenda pemilihan pimpinan DPR mestinya belum dapat dilakukan karena penyampaian usul paket pimpinan hanya dapat dilakukan oleh fraksi," ucap Daniel.

Lebih jauh, Daniel menilai Popong tak adil dalam memimpin sidang. Ia menuding Popong merampas hak anggota untuk berbicara dan menyampaikan pendapat. Ia juga menduga ada faktor kesengajaan dari Sekretariat Jenderal DPR yang mematikan ratusan mikrofon supaya tak banyak interupsi dari anggota DPR.

"Dengan alasan-alasan tersebut, langkah PKB untuk melakukan walk out merupakan upaya menjaga demokrasi di parlemen. PKB akan menggugat pimpinan sementara DPR kepada rapat paripurna karena Mahkamah Kehormatan DPR belum terbentuk," ujarnya.

Seperti diketahui, sidang paripurna pemilihan pimpinan DPR telah selesai digelar. Hasilnya, Setya Novanto (Golkar) menjabat sebagai Ketua DPR, dengan empat wakilnya, yakni Fahri Hamzah (PKS), Taufik Kurniawan (PAN), Agus Hermanto (Demokrat), dan Fadli Zon (Gerindra). Rapat tersebut berlangsung alot dan diwarnai walk out dari Fraksi PDI-P, Fraksi PKB, Fraksi Partai Hanura, dan Fraksi Partai Nasdem. Rapat berlangsung dari Rabu (1/10/2014) malam hingga Kamis pagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com