Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Hasil "Monitoring" ICW terhadap Laporan Dana Kampanye Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK

Kompas.com - 18/09/2014, 18:54 WIB
Fathur Rochman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia Corruption Watch (ICW) melakukan monitoring penyumbang dana kampanye Pemilu Presiden 2014 terhadap dua kandidat pasangan, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW, Firdaus Ilyas, mengungkapkan, dari monitoring tersebut, pihaknya menyimpulkan pelaporan penerimaan dan pengeluaran dana kampanye Jokowi-JK lebih wajar dibanding Prabowo-Hatta.

"Kalau bicara keseluruhan, akumulasi antara pendapatan belanja dikaitkan kewajaran aktivitas kampanye, penyajian nominal nilai pasangan Jokowi-JK lebih wajar dibandingkan Prabowo-Hatta," ujar Firdaus, di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Kamis (18/9/2014).

Berdasarkan data hasil audit dana kampanye yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum, Firdaus menilai, laporan penerimaan dana kampanye Jokowi-JK sebesar Rp 312 miliar dan pengeluaran sebesar Rp 293 miliar. Angka ini dinilainya lebih rasional dibanding laporan dana penerimaan dan pengeluaran Prabowo-Hatta yang hanya sebesar Rp 166 miliar.

Menurut Firdaus, pasangan Prabowo-Hatta diduga tidak melaporkan keseluruhan dana penerimaan maupun pengeluaran pada saat kampanye kepada KPU. Firdaus mencontohkan, pengeluaran untuk biaya beriklan di media massa untuk Jokowi-JK sebesar Rp 151 miliar, sementara Prabowo-Hatta sebesar Rp 88 miliar.

"Iklan di TV misalnya, jika dilihat dari durasi dan intensitas iklan Prabowo-Hatta, harusnya dana pengeluaran operasi lebih besar dari yang dicantumkan di data KPU," kata Firdaus.

Sementara itu, peneliti ICW lainnya, Donal Fariz, mengatakan, Prabowo lebih banyak mengeluarkan dana kampanye pada Pilpres 2009 saat berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri dibanding saat berpasangan dengan Hatta Rajasa. Padahal, kata Donal, biaya pembelian logistik kampanye lebih tinggi tahun ini dibanding pada 2009.

"Di 2009, belanja kampanye Mega-Prabowo sekitar Rp 257 miliar. Di Pemilu 2014, apa logis belanja kampanye di tengah cost politik yang tinggi hanya Rp 166 miliar?" kata Donal.

Namun, ICW memberi catatan bahwa masih ada selisih sebesar Rp 18,3 miliar antara laporan penerimaan dan laporan pengeluaran dana kampanye Jokowi-JK. Sisa dana kampanye tersebut seharusnya dikembalikan ke dalam kas negara.

"Yang 10 miliar diketahui berasal dari dua perusahaan yang sahamnya sebagian dimiliki asing. Tapi, kami belum tahu apakah sudah dikembalikan ke kas negara atau belum. Sekarang masih ada Rp 8,3 miliar yang masih dipertanyakan," kata Firdaus.

Adapun dari sisi administrasi, pelaporan dana kampanye Prabowo-Hatta lebih baik dibanding Jokowi-JK. ICW berpandangan, dengan jumlah transaksi penyumbang Prabowo-Hatta yang hanya 64 transaksi, akan lebih mudah melakukan pendataan identitas dibanding dengan Jokowi-JK yang memiliki jumlah transaksi penyumbang sebanyak 58.000 transaksi.

"Melengkapi identitas 64 penyumbang lebih mudah dibanding melengkapi 58.000 penyumbang. Data dari KPU memang Prabowo-Hatta hanya 64 transaksi. Jokowi-JK 58.000 transaksi," kata Firdaus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Seluruh Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Seluruh Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com