Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AJI Desak SBY untuk Bebaskan Wartawan Perancis yang Ditahan di Papua

Kompas.com - 05/09/2014, 20:30 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Terkait penahanan dua wartawan Arte TV dari Perancis di tahanan Polda Papua, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membebaskan dua wartawan asing tersebut.

"Kami minta agar SBY menyelesaikan masalah ini secara elegan dan bermartabat," ujar Ketua Umum AJI Eko Maryadi dalam konferensi pers di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Jumat (5/9/2014).

AJI menilai, kejadian tersebut semakin menambah daftar panjang kegagalan pemerintah untuk menjaga kebebasan pers di Indonesia. Hal ini juga menandakan masih adanya ketidakterbukaan dalam hal mengakses informasi dan keselamatan kerja jurnalis.

Dalam kasus ini, AJI menilai penahanan terhadap kedua wartawan asing tersebut tidak mempunyai alasan yang jelas. Bahkan, Eko mengatakan, ada upaya dari pihak kepolisian dan imigrasi yang mempersulit penyelesaian masalah tersebut.

"Memang polisi mengaitkan tugas peliputan mereka dengan kelompok separatis di Papua. Tapi jika tidak ada bukti, ya mereka harus dilepas," kata Eko.

Selain itu, AJI juga mengkritisi pemerintah yang tidak konsisten dalam menjalankan kebebasan pers. Menurut Eko, selama ini ijin peliputan media asing di Papua selalu dipersulit. Misalnya, prosedur administrasi yang tidak jelas dan bertele-tele. Bahkan, ketika ada yang mendapat perizinan, para wartawan terus diawasi dan dikawal oleh polisi.

Untuk itu, AJI mendesak agar pemerintah dapat segera membebaskan kedua wartawan Perancis yang ditahan sejak 6 Agustus lalu. Terkait masalah penyalahgunaan visa, AJI meminta agar kedua wartawan tersebut mendapat sanksi administrasi, yaitu dideportasi ke negara asalnya.

Menurut Eko, dalam beberapa waktu terakhir ini, AJI terus mendapat desakan dari beberapa komunitas dan aliansi jurnalis internasional yang menuntut penyelesaian kasus penahanan dua wartawan Perancis oleh Polda Papua.

"Di akhir masa jabatan Presiden SBY, AJI berharap agar tidak ada keributan yang tidak perlu dari komunitas pers internasional, termasuk campur tangan badan internasional dalam kasus ini," ujar Eko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com