JAKARTA, KOMPAS.com — PDI Perjuangan menganggap pemberitaan Wikileaks, terkait pencetakan uang kertas di Australia tahun 1999, hanya untuk mengurangi dukungan rakyat Indonesia terhadap Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"PDI Perjuangan menganggap persoalan tersebut tidak jauh beda dengan apa yang terjadi di dalam pemalsuan beberapa website," kata Sekjen DPP PDI-P Tjahjo Kumolo dalam keterangannya, Kamis (31/7/2014), seperti dikutip Tribunnews.com.
Hal itu disampaikan Tjahjo dalam menyikapi pemberitaan Wikileaks. Dalam informasi yang dilansir situs itu, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terlibat korupsi pencetakan uang kertas di Australia tahun 1999.
Menurut Tjahjo, kesemua itu merupakan usaha untuk mengurangi bobot dukungan suara rakyat yang diberikan kepada Joko Widodo.
"Ibu Megawati pun menjadi sasaran. Karena itulah, semua pihak hendaknya tidak mudah termakan berbagai macam isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan," katanya.
Untuk itu, kata Tjahjo, pihaknya memastikan bahwa berbagai isu yang tidak bertanggung jawab tersebut hanyalah ekses yang muncul pada tahun politik 2014 ini. (Baca: PDI-P: Wikileaks Mencari Sensasi Menuduh Megawati Tanpa Dasar)
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan kegeramannya atas informasi yang dibocorkan Wikileaks dan dikutip oleh salah satu situs berita online. SBY membantah pemberitaan tersebut. (Baca: SBY Marah Dituduh Wikileaks Korupsi Pencetakan Uang Negara)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.