Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Capresnya Ingin Jadi Soekarno, Ketua Timnya Justru Mengkritik"

Kompas.com - 21/06/2014, 13:49 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Mahfud MD, yang menyebut Presiden pertama Indonesia Soekarno bertanggung jawab terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia di masa lalu dipertanyakan. Pasalnya, Prabowo selama ini kerap mengidentikkan dirinya dengan sosok sang proklamator itu.

"(Pernyataan) itu aneh sekali, kontradiksi. Di satu sisi capresnya ada yang ingin menjadi Soekarno, dan di sisi lain Ketua Tim Pemenangannya justru mengkritik Soekarno," kata Direktur Eksekutif Populi Center Nico Harjanto di Jakarta, Sabtu (21/6/2014) siang.

Nico juga menilai apa yang disampaikan Mahfud itu sudah diluar konteks. Dia menyesalkan tokoh sekelas Mahfud yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi bisa menarik kesimpulan seperti itu.

"Era Prabowo jelas beda dengan era Soekarno. Kalau mau dikembalikan ke masa lampau yang memang peradaban kita dipenuhi konflik yang macam macam, maka semua pemimpin di masa lampau, apa harus bertanggungjawab dengan kekerasan yang terjadi?" ujar Nico.

"Ucapan itu bagusnya tidak muncul dari Mahfud, presiden pertama kita jelas di eranya akan berhadapan dengan konflik karena saat itu Indonesia belum lama merdeka," tambahnya.

Sebelumnya, Mahfud mengatakan, jika mau buka-bukaan, maka akan banyak pemimpin Indonesia yang juga terkait pelanggaran HAM. Mulai dari presiden Indonesia pertama Soekarno, Soeharto hingga pemimpin seterusnya, menurut dia harus bertanggung jawab.

"Mari kita mulai dari tahun 1965. Terjadi pelanggaran HAM besar-besaran ketika ratusan ribu orang yang dituding PKI itu dibantai, dan itu yang bertanggung jawab Pak Harto. Sebelum G-30 S PKI terjadi, ada juga pelanggaran HAM. Umat Islam banyak yang dibantai, jenderal-jenderal banyak yang dibantai, itu yang bertanggung jawab adalah Bung Karno sebagai Presiden," kata Mahfud dalam pidatonya di Bengkulu, Jumat (20/6/2012).

Terkait tudingan pelanggaran HAM yang ditujukan kepada Prabowo saat menjabat Danjen Kopassus, Mahfud mengibaratkan hal tersebut sebagai bagian kecil dari sebuah mozaik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com