"Tampilan di panggung yang disaksikan jutaan rakyat adalah tampilan tebar pesona, kelihatan tegas, dan itu semua berasal dari bisikan konsultan politiknya. Inilah yang terjadi pada saat deklarasi damai dan pertunjukan awal debat kedua di mana Prabowo seolah proaktif mendekat ke Jokowi," ungkap Hasto dalam keterangannya yang diterima Kompas.com, Selasa (17/6/2014).
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P ini, tampilan hati nurani Prabowo tetaplah tampilan panglima perang yang menganggap Jokowi sebagai rival, bahkan musuh yang harus dikalahkan. Genderang perang ini secara dini telah ditabuh oleh Amien Rais yang menganalogikan pilpres sebagai "Perang Badar".
Sebaliknya, Hasto menyatakan, tampilan kesederhanaan dan merakyat Jokowi tetap menempatkan Prabowo sebagai calon presiden, yang harus disapa dengan bahasa hati, yakni rendah hati dan tidak dibuat-buat. "Jokowi pun tetap tersenyum ketika Prabowo menolak salam kehangatan cerminan hati tersebut," katanya.
Bagi Jokowi yang tangannya sudah terbiasa menyapa puluhan juta tangan rakyat, getaran persahabatan itu tampil sebagai cermin karakter pemimpin. Apa yang terjadi dengan penolakan Prabowo tersebut kembali menjadi bukti bahwa invisible hand telah bekerja. Itu merupakan campur tangan Tuhan Yang Mahakuasa, yang telah memberikan Jokowi sebagai manusia berkarakter, yang meniti keberhasilan dari bawah dan membawa karakter kepemimpinan Indonesia yang selalu mengedepankan musyawarah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.