JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Pusat Data Bersatu (PDB) Agus Herta menilai bahwa naik turunnya elektabilitas seorang sosok tidak dipengaruhi oleh satu atau dua momen saja. Acara debat calon presiden dan wakil presiden yang baru berlangsung satu kali tidak berdampak signifikan terhadap elektabilitas calon.
"Artinya, acara debat kemarin itu secara umum tidak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas," ujar Agus seusai pemaparan survei peta capres-cawapres di Kuningan, Jakarta, pada Selasa (10/6/2014) sore.
Penyebab pertama, jumlah penonton televisi di Indonesia tak terlalu besar, apalagi jumlah orang yang bertepatan menonton acara debat kandidat itu. Oleh karena itu, ia menilai pengaruh terhadap elektabilitas calon tidak signifikan.
Menurut Agus, jumlah penonton televisi di Indonesia diperkirakan mencapai 12,2 juta orang. Masyarakat yang menonton acara debat capres di televisi tersebut sebagian besar bukan untuk menentukan pilihan. Mereka telah menentukan jagoannya masing-masing dan ingin melihat jagoannya tersebut menjatuhkan lawannya.
"Pengaruh debat terhadap naik atau turunnya elektabilitas bisa tinggi terhadap pemilih yang rasional, tetapi tetap jumlahnya tak signifikan," kata Agus.
Hasil survei PDB menunjukkan selisih elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla semakin tipis, yakni hanya 5,7 persen per akhir Mei 2014. Jokowi-JK meraih 32,2 persen suara dan Prabowo-Hatta mendapatkan 26,5 persen.
Dalam delapan kali pelaksanaan survei oleh PDB, tren elektabilitas Jokowi-JK cenderung turun. Adapun elektabilitas Prabowo-Hatta cenderung naik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.