Menurut dia, jika Hanura menahan diri sejak awal, partai tersebut bisa sedikit lebih cair dalam melakukan komunikasi politik pasca-Pemilu Legislatif 2014. "Sekarang Hanura terlihat ketinggalan sendiri di saat partai lain sibuk melakukan penjajakan koalisi. Mereka belum apa-apa karena sudah sejak awal deklarasikan capres dan cawapres jadinya parpol lain enggan mendekat," kata Siti di Jakarta, Kamis (15/5/2014).
Penyebab lain tidak lakunya Hanura dalam koalisi, menurut Siti, adalah perolehan partai yang diketuai oleh Wiranto itu cukup rendah, yaitu hanya sebanyak 6.579.498 suara atau 5,26 persen. Selain itu, faktor masa lalu Wiranto juga disebut Siti sebagai penghalang Hanura.
"Hubungan Wiranto dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sama-sama kita ketahui bahwa itu buruk karena Wiranto-lah yang memecat Prabowo dari TNI dulu. Sementara dengan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Wiranto juga terkesan gengsi karena ketika masih menjabat sebagai Panglima ABRI di zaman Orde Baru, SBY adalah anak buahnya," katanya.
Sementara itu, kalau dengan PDI-P, halangan Hanura adalah faktor Hary Tanoesoedibjo karena di poros PDI-P sudah ada Nasdem di dalamnya. Seperti diketahui, HT adalah mantan penggawa Nasdem yang keluar akibat ketidakcocokan dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh.
Kabar terbaru menyebutkan Hanura memberikan sinyal kuat merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk mengusung bakal calon presiden Joko Widodo. Dalam waktu dekat, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto akan bertemu.
"Kalau nggak ada perubahan, dalam waktu dekat, akan ada pertemuan Bu Ketum dengan Wiranto. Insya Allah kalau itu terjadi, akan tambah satu parpol yang dukung capres Jokowi," ujar Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P Puan Maharani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.