Menurut Heri, Demokrat masih memiliki kemampuan untuk bertarung saat pilpres nanti. Hal itu, katanya, bisa terwujud jika SBY melakukan taktik gerilya politik untuk merangkul sejumlah partai potensial yang dapat menjadi mitra koalisi. Partai yang dianggap Heri potensial untuk dirangkul Demokrat, di antaranya, Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera. Demokrat, katanya, juga berpeluang menggandeng Partai Kebangkitan Bangsa jika gagal berkoalisi dengan PDI Perjuangan.
"Sebaiknya upayakan bentuk cluster keempat di mana Partai Demokrat dan khususnya SBY bisa menjadi tokoh sentral yang memainkan itu," ujarnya.
Ia menambahkan, peserta konvensi dapat menjadi salah satu magnet untuk menarik minat parpol lain membangun koalisi dengan Demokrat. Jika koalisi sudah terbentuk, maka langkah selanjutnya menentukan siapa capres-cawapres yang akan didukung. Namun, lanjut Heri, pasangan itu harulah memiliki elektabilitas tinggi dan basis dukungan riil. Misalnya, kata dia, Demokrat dapat mengajukan salah satu peserta kovensi atau mengusung figur dari partai lain seperti PAN atau PKS.
"Basis dukungan riil ini adalah massa pemilih yang jelas misalnya dari NU dan Muhammadyah. Sebab ini akan sangat membantu dalam kontestasi pilpres dalam melawan Jokowi, Ical, maupun Prabowo Subianto," ujarnya.
Siap jadi oposisi
Sebelumnya, SBY merespon spekulasi terkait sikap politik partainya menyusul hasil hitung cepat pemilu legislatif sejumlah lembaga survei. Ia memastikan, Demokrat belum menentukan sikap berkoalisi dan mempertimbangkan menjadi oposisi apabila gagal menemukan partai yang memiliki kesamaan platform.
"Kita sedang melakukan konsolidasi internal. Sekarang ini, Partai Demokrat belum menentukan akan berkoalisi dengan partai lain," kata SBY di Hotel Grand Sahid Jakarta, Minggu (27/4/2014).
SBY menyebutkan, Demokrat masih terbuka pada semua kemungkinan. Komunikasi politik juga terus dilakukan untuk memetakan peta koalisi dan mendapatkan keputusan yang tepat. SBY tidak ingin partainya menjadi partai oportunis yang berbondong-bondong mendukung capres atau partai tertentu tanpa alasan yang jelas.
Ia memastikan bahwa Demokrat hanya akan berkoalisi dengan akal sehat, memilih tandem koalisi yang memiliki platform jelas, rasional, dan sejalan dengan misi yang diperjuangkan oleh partainya.
"Banyak spekulasi, diperkirakan Partai Demokrat akan berkoalisi dengan partai A, B, atau C. Itu semua belum. Kami tak akan mendukung bila platformnya berbeda. Lebih baik kami di luar (pemerintahan), mandiri, berjuang dari sisi yang lain," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.