Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jam Tangan Mewah Jenderal Moeldoko Lebih dari Satu

Kompas.com - 23/04/2014, 11:30 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam sebuah foto yang dipublikasikan harian Strait Times Singapura pada 16 April 2014, Panglima TNI Jenderal Moeldoko terlihat mengenakan jam tangan mewah saat melakukan wawancara.

Situs berita Mothersip.sg yang dimuat pada 22 April 2014 mengatakan, arloji mewah yang dikenakan Moeldoko di jam tangan tersebut adalah Richard Mille RM 011 Felipe Massa Flyback Chronograph "Black Kite". Konon, arloji tersebut merupakan edisi terbatas yang hanya dijual 30 unit di Amerika Utara dan Amerika Selatan dengan harga lebih dari 100.000 dollar AS (sekitar Rp 1,1 miliar).

Mengutip situs The Millenary yang kali pertama menyoroti jam tangan Moeldoko, Mothership.sg pun berspekulasi lebih jauh tentang bagaimana panglima TNI mendapatkan arloji edisi terbatas itu.

"Bisa jadi dia mendapat varian yang lain, tetapi masih edisi terbatas 45 unit varian jam Asia," tulisnya.

Situs itu pun kembali membahas lebih jauh dalam artikel lain yang dimuat pada 22 April 2014 tentang koleksi jam mewah. Mothersip.sg mengatakan, arloji Richard Mille senilai Rp 1,1 miliar tersebut bukanlah satu-satunya jam yang pernah dipakai Moeldoko.

Moeldoko, tulisnya, juga pernah menggunakan arloji IWC Pilot's Watch Chronograph Top Gun Miramar. Jam mewah yang disebutnya senilai 12.700 dollar AS itu mengambil desain jam tangan pilot usai Perang Dunia II.

Berdasarkan penelusuran situs itu lewat foto-foto Moeldoko, setidaknya ada dua arloji mewah lain yang digunakan Pangdam Siliwangi tersebut.

Situs itu menulis, Moeldoko pernah mengenakan arloji Audemars Piguet Royal Oak Offshore Jarno Trulli Chronograph seharga 38.300 dollar AS. Selain itu, Moeldoko juga pernah memakai arloji Audemars Piguet Millenary senilai 43.000 dollar AS. Meski begitu, situs terlihat ragu.

"Namun bisa jadi, itu adalah arloji Chronograph atau Minute Repeater yang harganya 476.600 dollar AS (sekitar Rp 5,5 miliar)," tulisnya.

Kontroversi Usman Harun

Sorotan atas jam tangan Moeldoko itu muncul tidak lama setelah kontroversi permintaan maafnya kepada Singapura terkait penamaan kapal fregat baru Indonesia, Usman-Harun. Dalam sebuah wawancara dengan televisi berbasis di Singapura, Channel News Asia, Moeldoko meminta maaf untuk pertama kalinya.

Permintaan maaf tersebut mendapat reaksi positif dari Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen. Dia menyatakan, pernyataan Moeldoko penting untuk melanjutkan hubungan antara TNI dengan militer Singapura.

"Saya menyambut permintaan maaf Moeldoko sebagai sikap positif untuk meningkatkan hubungan kerjasama bilateral di antara kedua negara," ucap Ng Eng Hen seperti dilansir The Strait Times, Rabu (16/4/2014).

Belakangan, Moeldoko membantahnya. Dia mengatakan pernyataannya disalahpahami oleh reporter Channel News Asia. Ia pun memaklumi hal tersebut.

"Tidak ada pernyataan minta maaf. Yang saya sampaikan adalah: Maaf, penamaan Usman-Harun sudah menjadi keputusan final bagi kami," tekan jenderal bintang empat itu.

Usman dan Harun adalah dua anggota Korps Komando Operasi (KKO) TNI AL yang meledakkan Gedung MacDonald House di Orchard Road pada tahun 1965 saat Dwikora perintah Presiden Soekarno berkobar. Kedua orang tersebut dihukum mati, kemudian jasadnya dibawa ke Tanah Air. Mereka dianggap sebagai pahlawan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Nasional
KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com