JAKARTA, KOMPAS.com - Strategi kampanye Partai Golongan Karya, yang kerap menjual kejayaan partai tersebut saat pemerintahan Presiden RI Soeharo, dinilai tidak akan efektif mendongkrak suara partai. Bahkan sebaliknya, strategi tersebut justru akan membuat pemilih menggerakkan pilihannya ke partai lain karena jengah dengan gaya kepemimpinan di masa Orde Baru.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, jumlah pemilih muda kini relatif besar, yakni sekitar 40 persen dari jumlah total pemilih. Para pemilih muda ini dianggapnya akan sangat cermat memberikan hak pilih pada pemimpin yang mampu memberi harapan. Oleh karena itu, ia menilai strategi Golkar tersebut justru akan menguntungkan lawannya, termasuk Joko Widodo yang menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan.
"Strategi kampanye Golkar itu makin menguatkan Jokowi," kata Ray dalam sebuah diskusi politik, di Jakarta, Rabu (19/3/2014).
Ray mengatakan, Golkar hanya menyampaikan hal-hal baik pada masa Orba. Padahal, sudah menjadi rahasia publik bahwa pada era tersebut banyak hal yang ditentang dan tak dapat lagi diterapkan di era reformasi. "Yang disampaikan hanya yang baik-baik saja, padahal kebaikan itu didirikan di atas hal-hal buruk," kata dia.
Selain mengandalkan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie sebagai calon presiden, kampanye Golkar kerap membanggakan kiprahnya selama Orde Baru. Aburizal juga meminta kader partai nomor urut 5 dan anggota organisasi massa yang berafiliasi di dalamnya untuk tidak malu mengakui bahwa Partai Golkar berjaya pada era Orde Baru. Ia meminta mereka untuk bangga mengingatkan masyarakat pada masa kepemimpinan Presiden RI Soeharto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.