Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diuji Independensinya, Calon Hakim MK Ini Menjawab Berbelit-belit

Kompas.com - 04/03/2014, 16:00 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Calon hakim Mahkamah Konstitusi (MK), Wahidudin Adams, memberikan jawaban berbelit-belit saat diuji oleh salah satu Tim Pakar, Saldi Isra. Saldi memberikan pertanyaan terkait karier Wahidudin selama 12 tahun di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhuk dan HAM).

"Karier Bapak sudah ada sebelas sampai dua belas tahun di Kemenhuk dan HAM. Selama menjabat, siapa Menteri (Hukum dan HAM) yang paling negarawan?" tanya Saldi saat fit and proper test di Komisi III Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (4/3/2014).

Seperti kebingungan dengan pertanyaan Saldi itu, Wahidudin tidak menjawabnya secara langsung. "Saya sejak zaman Mudjono, Ali Said, Ismail Saleh, Oetjo Oesman, Muladi Yusril, Baharudin, Marsilam, Mahfud, Hamid, Adi, Patrialis, dan Pak Amir. Saya melihat para menteri memimpin di bidang hak asasi telah berikan hasil-hasil terkait tugas kita di sini kuasa dari presiden," jawab Wahidudin.

Belum selesai Wahidudin menjawab, Saldi Isra langsung memotongnya. Saldi meminta Wahidudin menjawabnya dengan menyebut nama. Namun, Wahidudin kembali menjawabnya dengan berbelit-belit.

Akhirnya, Saldi pun kembali memotong jawaban Wahidudin dan menjelaskan tujuan di balik pertanyaan itu. Ternyata, dia bertanya untuk mengetes sejauh mana independensi Wahidudin.

"Sudahlah, susah sekali mau menyatakan nama saja. Saya menanyakan itu karena saya mau lihat independensi Bapak. Kenapa penting? Karena Bapak akan ketemu salah satu hakim yang bekas bos Bapak, Patrialis Akbar. Takutnya, Bapak jadi subordinate. Sederhana, tapi berbelok-belok," ujarnya.

Mendengar penjelasan Saldi itu, Wahidudin tetap tidak berani menyebut satu nama. "Semua negarawan. Mereka diangkat dan tentu dipercaya dengan kualitas tertentu. Kalau harus kerja sama dengan pimpinan di sana, Patrialis, mudah-mudahan itu jadi bagian yang harus saya waspadai," ujarnya.

Mendengar jawaban itu, Hasyim Muzadi yang juga menjadi Tim Pakar langsung menyela. Padahal, Hasyim telah bertanya sebelumnya. Menurut Hasyim, cara menjawab Wahidudin masih seperti mental PNS.

"Cara Anda menjawab itu masih seperti PNS. Anda sebagai hakim independen dan bertanggung jawab pada umat dan Allah. Setelah jadi hakim tidak bisa dengan pandangan sebagai PNS seperti itu," ujar Hasyim.

Sementara itu, anggota Tim Pakar lainnya, Andi Mattalatta, yang juga pernah menjabat sebagai Menhuk dan HAM, enggan mengajukan pertanyaan kepada Wahidudin.

"Beliau ini pernah jadi eselon 2 saat saya jadi menteri. Saya tahu komitmen integritas dan kompetensi beliau. Jadi, saya tak perlu ajukan pertanyaan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com