Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLBHI Juga Desak RUU KUHAP Dicabut

Kompas.com - 06/02/2014, 19:13 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) juga mendesak agar Rancangan Undang-Undang (RUU) Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP) dicabut dari pembahasan di DPR. YLBHI mendesak RUU tersebut tidak disahkan dalam waktu dekat.

"Kami justru di awal mendukung untuk disahkan. Tapi sekarang kami minta ditarik dulu untuk disempurnakan," kata Divisi Advokasi dan Kampanye YLBHI, Wahyu Nandang, dalam diskusi di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta, Kamis, (6/2/2014).

Sebelumnya, pada Selasa (4/2/2014), Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi Hukum yang merupakan gabungan 35 LSM juga mendesak hal serupa.

Wahyu menjelaskan, dalam RUU KUHAP terdapat 12 poin yang diindikasikan sebagai upaya pelemahan KPK. Salah satunya, Wahyu menaruh perhatian terhadap upaya dihapuskannya ketentuan penyelidikan.

Dia menilai, selama tahap penyelidikan, KPK biasanya kerap melakukan operasi penyadapan, pencekalan, pemblokiran rekening bank dan operasi tangkap tangan. Oleh karena itu, jika penyelidikan dihapus, KPK akan kewalahan dalam mengungkap kasus-kasus korupsi di tanah air. KPK bakal kesulitan untuk meminta keterangan serta alat-alat bukti.

"Penghapusan ini akan sangat mempersulit KPK dan akhirnya pelaku korupsi dengan mudah lolos dari jerat hukum," ujar Wahyu.

Karena itu, Wahyu mengharapkan, pengesahan RUU KUHAP ditangguhkan hingga DPR Periode selanjutnya terpilih. Apalagi, lanjut dia, RUU KUHAP masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2014 sehingga bisa diubah di periode tahun depan.

Jika nantinya tetap disahkan, Wahyu menegaskan, YLBHI tidak akan tinggal diam. Bersama dengan Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi dan Reformasi, pihaknya akan melayangkan protes. "Tujuan kita mendorong revisi untuk memperbaiki, bukan justru memperlemah penegak hukum," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com