Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman yang Dialami SBY, dari Pembunuhan hingga Teror Mistis

Kompas.com - 18/01/2014, 13:24 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam bukunya yang berjudul Selalu Ada Pilihan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan pengalamannya selama dua periode menjabat Kepala Negara, termasuk mengenai ancaman pembunuhan terhadap dirinya.

“Tanpa diketahui oleh masyarakat luas, secara berkala ataupun insidentil saya diberi tahu baik oleh Kepala Badan Intelijen Nasional, Kapolri, maupun komandan Paspampres jika ada ancaman yang nyata atas keselamatan saya,” kata Yudhoyono seperti yang dikutip dalam bukunya.

Ancaman itu ada yang berupa upaya pembunuhan secara langsung maupun yang bersifat mistis. Yudhoyono menuturkan, sekitar 2009, Kepala BIN ketika itu, Syamsir Siregar, mengatakan bahwa ada rencana operasi untuk membunuh Presiden. Rencana itu dipersiapkan oleh kelompok teroris dengan melakukan latihan-latihan di sebuah kamp. Namun, menurutnya, ketika diungkapkan kepada publik, rencana pembunuhan Presiden tersebut malah menjadi bulan-bulanan pers.

“Tapi, sebagaimana yang terjadi dalam politik di negeri ini, sejumlah kalangan DPR dan pengamat menanggapi hal itu sebagai sesuatu yang dibesar-besarkan dan hanya untuk pencitraan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, rencana pembunuhan terhadap dirinya juga diketahui Yudhoyono ketika dia melakukan kunjungan kerja ke Ciwidey, Jawa Barat. Ketika itu Kepolisian mengetahui adanya aktivitas teroris yang sedang bergerak di sekitar Bandung, Padalarang, hingga Ciwidey.

“Bahkan informasi intelijen yang didapatkan, beberapa elemen dari sel itu sempat bergerak di sekitar tempat bermalam saya di Padalarang,” tulis Yudhoyono dalam bukunya.

Kendati demikian, menurut Presiden, pergerakan teroris itu tidak membatalkan kegiatan kunjungan yang dilakukannya. Dalam bukunya itu, Yudhoyono juga mengungkit peristiwa meledaknya bom di kawasan Jatiasih, Bekasi, yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari Cikeas. Menurutnya, bom itu merupakan bagian dari rencana pembunuhan terhadap dirinya yang sudah dipersiapkan dengan baik oleh sekelompok teroris untuk melakukan pengeboman di kediamannya di Puri Cikeas.

“Namun, Tuhan Mahabesar. Jajaran Polri bisa mengetahui rencana itu, dan melalui operasi yang cepat dan efektif, rencana itu bisa digagalkan. Itu kejadian bulan Agustus tahun 2009 yang lalu,” tulis Yudhoyono dalam bukunya.

Bukan hanya itu, menurut Yudhoyono, ancaman terhadap seorang Presiden seperti dirinya juga bisa bersifat nonfisik atau berbau mistis. Dari sekian banyak peristiwa, Yudhoyono mengaku hanya menceritakan satu kejadian gaib di kediamannya sekitar tahun 2009, tepatnya menjelang Pemilihan Presiden 2009. Ketika itu, Ibu Negara Ani Yudhoyono tengah membaca majalah di ruang keluarga. Sementara Yudhoyono tengah beraktivitas di ruang perpustakaan. Tiba-tiba, terdengar teriakan Ibu Ani.

“Tiba-tiba istri saya berteriak dan memanggil-manggil saya. Saya segera berlari ke ruang tengah untuk mengetahui apa yang terjadi,” tutur Yudhoyono seperti yang dikutip dalam bukunya. Ternyata, lanjutnya, ada asap hitam tebal yang berputar-putar di langit-langit dan di tengah ruangan itu.

“Asap hitam itu bergerak ke timur, seperti ingin menerobos kamar saya. Begitu saya melihat peristiwa yang menakutkan itu, saya ajak mereka untuk memohon pertolongan Allah,” katanya. Yudhoyono lalu meminta agar kamarnya ditutup, sementara pintu dan jendela ruangan lain dibuka.

Tak lama kemudian, asap tebal yang berputar-putar itu keluar dari rumahnya bagaikan ditiup angin kencang. “Peristiwa ini seperti adegan film horor yang sering kita lihat, atau seperti yang terkisahkan di cerita-cerita lama. Tetapi sungguh ada, sungguh nyata,” ucapnya.

Ancaman-ancaman yang ditujukan kepada dirinya itu dianggap Yudhoyono sebagai risiko atau konsekuensi yang harus ditanggungnya sebagai pemimpin puncak di negeri ini. Dengan cerita di atas, dia pun berharap masyarakat bisa memahami jika pengamanan yang dilakukan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dirasa berlebihan.

Menurutnya, amat bisa dimengerti jika banyak negara memiliki standar pengamanan presiden yang ketat dan tinggi. Bahkan, menurut Yudhoyono, pengamanan presiden di banyak negara jauh lebih ketat dibandingkan di Indonesia. Yudhoyono mengatakan, ada semacam semboyan yang dianut oleh Paspampres yang berlaku secara universal, yakni every body, every place, and every event must be safe. Yang artinya, setiap orang, setiap tempat, dan setiap kegiatan harus aman.

“Sebagaimana yang saya sampaikan di bagian lain buku ini, saya memohon pengertian rakyat Indonesia jika apa yang dilakukan oleh Paspampres mengganggu kenyamanan banyak pihak. Tetapi, mereka menjalankan tugas dan amanah undang-undang. Tugas yang sama bagi semua Paspampres di seluruh dunia,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com