"Bukan untuk menggurui atau mengajari. Saya hanya ingin berbagi tentang suka duka dan pahit manis menjadi pemimpin," katanya saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran bukunya.
Kendati demikian, kata dia, buku ini juga bisa dibaca oleh seluruh khalayak umum. Ia mengatakan, meskipun buku cukup tebal, gaya penulisannya ringan serta terdapat banyak kisah dan dialog yang segar.
"Tapi saya berdiri di sini bukan sebagai sales person," ucap Presiden yang disambut tawa para hadirin.
Kepala Negara kemudian menceritakan ide di balik dibuatnya buku tersebut. Ide itu, kata dia, berawal dari obrolan ringan dengan teman-teman di rumahnya di Cikeas. Teman-temannya berpendapat, ia harus membuat sebuah buku agar rakyat tahu apa yang dia pikirkan dan lakukan sebagai presiden.
"Setelah berdebat, saya awalnya tidak setuju. Tapi mereka mengatakan saya akan rugi karena begitu banyak hujatan dan makian, dan anggaplah buku ini nanti yang menjadi hak jawab saya," tuturnya.
Presiden mengatakan, dia kembali mengingat kata teman-temannya. Sejak itulah dia mempersiapkan buku itu dengan mengorbankan waktu senggang yang terbatas. Ia pun menegaskan bahwa buku ini bukan biografi atau memoar politik.
"Sekitar dua minggu lalu, staf saya bilang, ada baiknya Pak SBY menyerahkan secara simbolis kepada para capres yang akan bertanding dalam pemilu tahun depan. Tapi saya tidak setuju. Kalau dibegitukan, beliau-beliau itu pasti nanti tersinggung," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.