Udara dingin terasa menusuk tulang. Di tengah deras hujan dan dinginnya malam, mereka mengungsi tanpa perlengkapan tidur yang memadai. Kolong jembatan itu gelap. Tak ada cahaya lampu. Udara basah dan lembab.
Banjir memaksa ribuan warga di sana mengungsi di berbagai tempat, salah satunya kolong Jembatan Kalibata itu. Total ada 1.100 jiwa dari 6 RT di RW 7.
Juju (43), warga RT 02 RW 07, mengatakan akan bermalam bersama suami dan anak-anaknya di kolong jembatan tersebut. "Malam ini kita bertahan di sini," kata Juju kepada Kompas.com, di Rawajati, Jakarta Selatan, Jumat malam.
Juju bercerita, saat banjir datang pada Senin dan Selasa minggu ini, dia juga mengungsi di kolong Jembatan Kalibata. Pada Rabu dan Kamis, ia pulang ke rumah untuk membersihkan sisa banjir. Namun, Jumat sore ini, dia mesti kembali mengungsi di kolong jembatan karena banjir kembali datang.
"Sore saya keluar rumah selutut, tapi mungkin sekarang sudah di atas kepala," ujar Juju.
Barang-barangnya disimpan di lantai dua rumah agar aman dari banjir.
"Kami juga kedinginan di sini, nggak ada selimut. Butuh minyak angin juga karena sering masuk angin, di sini dingin," ujar Juju.
Suhardi (53), warga RT 01 RW 07, mengatakan, jumlah pengungsi di kolong Jembatan Kalibata itu cukup banyak dibanding tempat lainnya. "Paling banyak di kolong sini karena jumlahnya ratusan," ujar Suhardi.
Ia mengatakan, banjir menggenang di permukiman warga yang berada di dataran rendah, dan dalam radius 30 meter dari Ciliwung. Menurutnya, warga mengungsi ke berbagai tempat, dan juga ke tempat saudara.
Tempat pengungsian berada di Puskesmas Rawajati, kolong Jembatan Kalibata, Kantor Diklat BPK, Pos Bina Warga RW 7, dan tempat lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.