Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anas: Diam-diam SBY Kecewa pada Koalisi

Kompas.com - 27/12/2013, 09:41 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemungutan suara yang menentukan perpanjangan masa tugas Tim Pengawas DPR untuk Kasus Bank Century (Timwas Century), Kamis (19/12/2013), dinilai semakin memperlihatkan tak kompaknya koalisi partai pendukung Pemerintah.

Diam-diam, Presiden yang juga adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, disebut sudah lama memendam kecewa pada koalisi.

"Diam-diam dan kadangkala terbuka, Pak SBY kecewa dengan koalisi politik yang dibangun pada 2009," kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, Kamis (26/12/2013) malam.

Di lingkungan internal partai, ujar dia, kekecewaan kepada partai koalisi terutama Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera sudah sering diungkapkan SBY.

Sepanjang Kamis malam hingga Jumat (27/12/2013), Anas menulis kultwit panjang seputar dinamika politik nasional, terutama terkait dengan bekas partainya itu. Kultwit itu menggunakan hashtag #cawapressby.

Terluka sejak awal

Anas mengatakan sejak awal skandal Bank Century merupakan bentuk inkonsistensi koalisi bila dilihat dari sudut pandang SBY. Inisiator Pansus Century, panitia khusus yang dibentuk di DPR khusus dan mengawali terkuaknya skandal dana talangan itu, sebagian adalah anggota DPR dari koalisi dan sebagian yang lain dari partai non-koalisi.

"Koalisi sudah 'terluka' di usia yang sangat muda, di awal kerja sama pemerintahan periode 2009-2014," ujar Anas. SBY pun kemudian berupaya keras melakukan konsolidasi koalisi, kata dia, sebagai hal yang memang harus dilakukan.

Di internal Partai Demokrat, lanjut Anas, pernah ada ide untuk merampingkan koalisi. "Ramping tapi sehat dan konsisten, daripada besar tapi tak solid." Namun, kata Anas, SBY tak mau ambil risiko. "Koalisi tetap dipertahankan meski dengan hati yang 'terluka'."

Wujud dari konsolidasi tanpa tindakan ambil risiko itulah, sebut Anas, yang kemudian menjadi cikal bakal Sekretariat Gabungan. "Tempat berhimpun partai-partai koalisi."

Setgab dikomandani langsung oleh SBY, dengan Ketua Harian dipercayakan pada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, dan kantor merupakan "pinjaman" Djan Farid dari Partai Persatuan Pembangunan.

Di balik voting interpelasi pajak

Menurut Anas, skenario awal yang dibangun Setgab bukan upaya penyeragaman koalisi. Identitas partai yang beraga tetap dipertahankan tetapi harus sama dan bersatu untuk hal-hal strategis. Mula-mula, tutur Anas, Setgab berjalan baik, rajin rapat, dan komunikasi politik pun berjalan lumayan intensif.

"Tetapi lama-lama Setgab tetap kelihatan sebagai koalisi pelangi yang nyata. Puncaknya ketika voting interpelasi pajak," sebut Anas. Saat itu, Partai Demokrat masih bisa menang tipis meski tak didukung Partai Golkar dan PKS.

Struktur koalisi pun lalu diperbaiki lagi. Kali ini, kata Anas, ada penguatan komitmen dengan label penandatanganan "code of conduct". Kabinet pun dikonsolidasi ulang, dengan mengurangi jatah kursi menteri PKS. "Meskipun pengurangan juga dilakukan untuk Demokrat. Getir bagi Demokrat."

Sayangnya, koalisi tetap saja tak solid. "Yang paling baru (buktinya) adalah ketika DPR voting tentang Timwas Century," tegas dia. Kali ini, Demokrat tumbang. Hasil voting menyatakan masa kerja Timwas Century diperpanjang, tak sesuai dengan keinginan Partai Demokrat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com