Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU Buka Peluang Penambahan DPT Luar Negeri

Kompas.com - 16/12/2013, 18:34 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengakui masih banyak pemilih di luar negeri yang belum tercatat dalam daftar pemilih tetap luar negeri (DPTLN) Pemilu 2014. Untuk itu, KPU memberi ruang penambahan pemilih dalam DPTLN sebelum surat suara dicetak.

"Tidak akan ada penambahan DPT, kecuali ada jumlah yang besar sekali kami temui. Misalnya ratusan ribu pemilih ditemukan di luar negeri, misalnya," ujar Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay di Kantor KPU, Senin (16/12/2013).

Dia mengatakan, perubahan atas DPTLN tersebut dapat dilakukan dalam dua pekan ke depan. Yang pasti, kata Hadar, perubahan itu harus tetap dilakukan berdasakan rekomendasi Badan Pengawas Pemihan Umum (Bawaslu).

"Dalam satu dua minggu ini kami minta bantuan atau rekomendasi Bawaslu," kata Hadar.

Dia menuturkan, peluang perubahan DPTLN dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan para pegiat pemantau pemilu dan pemerhati buruh migran. Dikatakannya, KPU memang sulit menemukan dan mencatat migran yang tidak memiliki dokumen imigrasi lengkap.

Menurutnya, banyak WNI di luar negeri yang takut mendaftar sebagai pemilih pemilu. Namun, ujar Hadar, KPU akan meyakinkan para WNI tersebut.

"Kalau memang nanti akhirnya kami bisa berhasil meyakinkan tidak apa-apa mendaftar, jumlah itu (DPTLN) pasti akan bertambah banyak," ujar Hadar.

Sebelumnya, Migrant Care melansir bahwa sekitar 4,5 juta WNI di luar negeri terancam tidak dapat menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014 mendatang karena namanya tidak masuk dalam DPTLN.

"Hampir 60 persen buruh migran yang ada di luar negeri terancam tidak bisa memilih, karena KPU melalui PPLN (Panitia Pemilihan Luar Negeri) hanya mencatat 1,9 orang pemilih, sedangkan mereka ada 6,5 juta orang yang tersebar di banyak negara," ujar Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah, Selasa (22/10/2013) lalu.

Adapun, Ketua Desk Pemilu Luar Negeri Migrant Care Syaipul Anas, Kamis (21/11/2013) lalu menengarai banyak tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang dipenjara tidak tercatat dalam DPTLN Pemilu 2014. Mereka terancam tak dapat menggunakan hak pilihnya. Anas mengatakan, di Jeddah, Arab Saudi, saja setidaknya ada 5.000 TKI yang memiliki hak pilih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com