Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW: SKK Migas Memang Lahan Basah Korupsi

Kompas.com - 23/11/2013, 11:34 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch Firdaus Ilyas mengatakan bahwa Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) merupakan lahan basah praktik korupsi. Kewenangannya yang besar, dan lemahnya pengawasan, dianggap oleh Firdaus sebagai faktor utama penyebab.

"SKK Migas lahan basah korupsi," kata Firdaus dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11/2013).

KOMPAS.com/Indra Akuntono Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch Firdaus Ilyas

Firdaus menyampaikan, salah satu fungsi SKK Migas adalah menunjuk pihak yang berhak menjual migas kepada swasta atau negara lain. Dalam praktiknya, penyelewengan tak hanya terjadi di hilir, tetapi juga di hulu, sampai melebar pada mitra kerja SKK Migas dan pihak konsultan.

Ia melanjutkan, dalam catatannya, perputaran uang di SKK Migas dapat mencapai ratusan triliun. Uang dengan jumlah besar tersebut sangat rentan diselewengkan karena pengelolaannya tidak transparan, didominasi kekuatan elite dan para mafia besar.

"Kewenangan juga besar dengan pengawasan yang minim," ujarnya.

Data dari temuan Badan Pemeriksa Keungan tahun 2009-2011 yang dipaparkan Firdaus menunjukkan, penyimpangan di kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) mencapai belasan triliun rupiah. KKKS adalah badan usaha tetap atau perusahaan pemegang hak pengelolaan dalam suatu blok atau wilayah kerja yang memiliki hak untuk melakukan kegiatan eksplorasi serta eksploitasi minyak dan gas bumi di Indonesia.

Jumlah KKKS di Indonesia saat ini sekitar 70, dan tak lebih dari 10 persennya dijadikan sampel yang diaudit oleh BPK. Hasilnya, BPK menemukan penyimpangan sebesar Rp 18,7 triliun di medio tersebut.

"Di SKK Migas, temuannya sekitar Rp 1,7 triliun. Temuan ini terus berulang di setiap semester, jarang yang ditindaklanjuti oleh Kementerian ESDM dan hanya dianggap angin lalu," pungkasnya.

Menurut Firdaus, minimnya respons yang ditunjukkan oleh pemerintah dalam menyikapi penyelewengan di SKK Migas terjadi karena kurangnya kesadaran bahwa industri migas merupakan bagian dari keuangan negara. Selain itu, di dalamnya juga masif terjadi pemberian gratifikasi dengan berbagai modus, mulai dari gratifikasi perjalanan, hiburan, hari raya, hingga uang terima kasih.

"Sulit terbuka, ada kekuatan besar di sana, ada kepentingan politik, kepentingan bisnis, dan kepentingan global," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Nasional
Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Nasional
Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com