Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TKI di Arab Telantar, SBY Harus Lakukan Lobi Tingkat Tinggi

Kompas.com - 06/11/2013, 14:31 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Tim Pengawas Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Dewan Perwakilan Rakyat, Rieke Diah Pitaloka, mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan lobi tingkat tinggi dengan Pemerintah Arab Saudi. Desakan itu dilontarkan Rieke agar ribuan TKI overstayer yang telantar di Arab Saudi dapat dilayani dengan baik dan segera dipulangkan ke Tanah Air.

"Presiden SBY harus melakukan lobi tingkat tinggi agar Pemerintah Arab Saudi lebih cepat dalam memberikan pelayanan pendataan, makanan, dan obat-obatan bagi TKI overstayer," kata Rieke, dalam pernyataan tertulis yang diterima, Rabu (11/6/2013).

Selain itu, Rieke juga meminta dalam lobi tingkat tinggi tersebut Presiden SBY melobi Pemerintah Arab agar membangun selter di Madinatul Hujjat dengan daya tampung 100.000 orang sehingga TKI overstayer tidak terbengkalai di kolong jembatan Palastin. Pasalnya, ribuan TKI overstayer yang bertahan di kolong jembatan Palastin akan ditertibkan oleh petugas keamanan setempat.

Anggota Komisi IX DPR ini juga meminta Pemerintah Indonesia untuk mengeluarkan imbauan agar para TKI overstayer beraktivitas seperti biasa dan tidak terpancing untuk pindah ke kolong jempatan Palastin atau tempat karantina (Tahril) karena pelayanan di dua tempat tersebut belum maksimal.

"Awasi dan bantu pelayanan yang diberi Pemerintah Arab, infokan juga perkembangan terkini kepada para TKI melalui surat kabar dan sosial media, dan segera pulangkan TKI dengan pesawat dalam negeri atau bekerja sama dengan maskapai internasional," tandasnya.

Untuk diketahui, amnesti dari Pemerintah Arab Saudi untuk pekerja migran, termasuk TKI, telah berakhir pada 3 November 2013. Amnesti ini tidak akan diperpanjang lagi oleh Pemerintah Arab Saudi sehingga TKI yang tidak mempunyai dokumen tinggal akan dirazia, didenda, dipenjara serta dideportasi.

Dari catatan Rieke yang merujuk pada data Pemerintah Indonesia, setidaknya ada sekitar 73.656 atau sekitar 20 persen TKI yang belum mendapatkan pelayanan dokumen exit permit dan tidak dapat pulang. Padahal, sekitar 49 persen buruh migran Filipina telah mendapatkan dokumen tersebut

"Artinya, pelayanan Pemerintah Indonesia untuk para TKI overstayer belum maksimal," kata Rieke.

Selanjutnya, Rieke juga mencatat, pada 4 November 2013, masih ada sekitar 4.700 TKI overstayer yang menginap di kolong jembatan Palastin dengan keterbatasan air dan makanan. Seluruh TKI itu dibawa Pemerintah Indonesia dengan bantuan Pemerintah Arab Saudi ke Imigrasi (Jawazat) dan Karantina (Tarhil) di Sumaysi wilayah perbatasan Jeddah-Makkah. Namun, masih ada sekitar 1.000 TKI overstayer yang terlambat datang sehingga tidak terangkut.

Pada 5 November 2013, atas lobi dan desakan dari berbagai pihak, Pemerintah Arab Saudi melalui kepolisian Jeddah siap memberikan keamanan bagi TKI overstayer yang datang ke kolong jembatan Palastin dan melobi pihak Jawazat agar para TKI overstayer diangkut ke Tarhil Sumaysi untuk selanjutnya dideportasi, dengan persyaratan bahwa KJRI Jeddah menjamin TKI overstayer tidak berkumpul lagi di  kolong jembatan.

Pada 6 November hari ini, sekitar 7.000 TKI overstayer telah berada di Tarhil, tetapi yang terdata dengan sidik jari oleh pihak Jawazat Arab Saudi baru sekitar 800 orang. Hal ini disebabkan kantor Jawazat dan tempat karantina (Tarhil)  belum beroperasi 100 persen karena masih baru sehingga pelayanannya masih lambat, termasuk pemberian konsumsi kepada TKI overstayer, sehingga banyak yang kelaparan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com