Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Kerapuhan Psikologis dan Efek Senjata di Polri

Kompas.com - 06/11/2013, 12:16 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Peristiwa penembakan seorang satpam oleh anggota Brimob di Cengkareng, Jakarta Barat, dinilai menjadi bukti adanya persoalan psikologis yang cukup akut di tubuh Polri. Masalah psikologis ini kemudian bertemu dengan efek senjata yang akhirnya melahirkan perilaku menyimpang dari aparat penegak hukum.

Kriminolog Reza Indragiri Amriel mengatakan, seseorang yang melakukan kekerasan dengan senjata api sebenarnya tidak perlu memakai motif. Efek kepemilikan senjata api, lanjutnya, bisa mendorong seseorang untuk menggunakan senjata itu untuk keperluan apa pun. Di sisi lain, anggota polisi yang memiliki kewenangan memiliki senjata api memiliki pekerjaan dengan tingkat stres yang luar biasa.

"Tapi, berapa banyak polisi yang pernah menjalani konseling? Sangat minim. Kerapuhan psikologis pada satu sisi bersimbiosis dengan efek senjata," kata Reza saat dihubungi Rabu (6/11/2013).

Reza menjelaskan, di kalangan kepolisian, berkembang gejala "John Wayne Syndrome". Sindrom ini termanifestasikan pada prinsip "malu mengaku takut, hina mengaku letih, aib mengaku sakit". Namun, doktrin tersebut dianggap menanggalkan sisi kemanusiaan polisi.

"Maka terjadilah penyalahgunaan senjata akibat impulsivitas," ungkap Reza.

Hal lain yang mengakibatkan banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan polisi, menurut Reza, karena permasalahan dalam rekrutmen anggota. Ia mengatakan, sejak awal, kepolisian seharusnya bisa memastikan bahwa orang-orang yang diterima bergabung hanya mereka dengan tendensi kekerasan minimal.

Namun, kata dia, yang terjadi rekrutmen tidak cermat. Masalah itu lalu menghasilkan tiga subkultur di tubuh Polri, yakni sub-kultur brutalitas, sub-kultur korup, dan chauvinism. "Ditambah lagi jika kita masukkan unsur alkohol. Saya pernah katakan bahwa kalau penegak hukum pakai napza, lembaga semestinya tak bisa cuci tangan," ujarnya.

Ketidakbecusan lembaga menangani psikologi personel yang luar biasa stres, tambah Reza, mendorong personel "beradaptasi" dengan cara-cara merusak. "Chaotic behavior sebagai buah dari organized chaos," tuturnya.

Seperti diberitakan, Bachrudin (30), satpam di kompleks Ruko Seribu Blok L Galaxy, Taman Palem Lestari, Cengkareng, tewas ditembak anggota Brimob Polri, Briptu W, Selasa (5/11/2013) malam. Briptu W kerap mendatangi kompleks ruko tersebut dalam keadaan mabuk. Pelaku juga dikenal menguasai kawasan itu. Ia meminta satpam di kompleks ruko tersebut untuk patuh kepadanya.

Sebelum menembak Bachrudin, pelaku menegur korban karena tidak memberi hormat kepadanya. Pelaku kemudian menyuruh korban yang baru tiga bulan bekerja di sana untuk melakukan push-up sebagai hukuman. Korban merasa tidak bersalah dan menolak perintah pelaku. Pelaku lalu marah dan menembak korban dari jarak sekitar setengah meter. Korban langsung terjatuh dan tewas di tempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com