Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirikan Ormas, Anas Bantah Pakai Dana Korupsi

Kompas.com - 15/09/2013, 18:33 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum menegaskan bahwa biaya pendirian organisasi masyarakat Perhimpunan Pergerakan Indonesia yang digagasnya murni berasal dari patungan para anggotanya. Anas menegaskan tidak ada uang hasil korupsi yang mengalir ke ormas tersebut.

"Biayanya bantingan karena kebersamaan. Bantingan itu iuran, urunan, tidak ada bantuan luar negeri, tidak ada dari SKK Migas, dari Hambalang tidak ada," kata Anas di kediamannya di Duren Sawit, Jakarta, Minggu (15/9/2013) seusai peluncuran "Rumah Pergerakan Indonesia".

Menurut Anas, setiap anggota PPI berbagi tanggung jawab untuk menjalankan kegiatan ormas itu, termasuk dalam membiayai acara peluncuran Rumah Pergerakan Indonesia, hari ini. Adapun Rumah Pergerakan Indonesia merupakan markas PPI yang lokasinya di kediaman Anas di Duren Sawit, Jakarta.

Anas juga mengungkapkan, PPI ini didirikan bukan sebagai gerakan perlawanan setelah dia dilengserkan dari kursi ketua umum Partai Demokrat sekitar Februari 2013. Menurut Anas, PPI merupakan ormas yang terbuka untuk siapa saja, termasuk anggota partai manapun. Anas juga menepis anggapan yang mengatakan kalau pendirian PPI ini dilatarbelakangi penetapan Anas sebagai tersangka KPK.

"Bukan, ini bukan isu Anas. Pergerakan Indonesia ini bukan isu Anas, bukan punya pribadi Anas, ini ide bersama untuk tujuan bersama. Orang itu bolleh datang dan pergi, tapi PI (Pergerakan Indonesia) Insyallah harus lanjut ke depan," tutur Anas.

Dia pun mempersilakan masyarakat untuk menasirfkan pendirian ormas ini secara bebas. Kendati demikian, tegas Anas, ormas ini didirikan dengan tujuan menampung potensi anak-anak bangsa yang ingin mewujudkan Indonesia lebih bermartabat.

Setelah ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah terkait proyek Hambalang, Anas mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Partai Demokrat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dikonfrontasi Jaksa, Istri SYL Tetap Bantah Punya Tas Dior dari Duit Kementan

Dikonfrontasi Jaksa, Istri SYL Tetap Bantah Punya Tas Dior dari Duit Kementan

Nasional
Bos Maktour Travel Mengaku Hanya Diminta Kementan Reservasi Perjalanan SYL ke Saudi, Mayoritas Kelas Bisnis

Bos Maktour Travel Mengaku Hanya Diminta Kementan Reservasi Perjalanan SYL ke Saudi, Mayoritas Kelas Bisnis

Nasional
Jadi Tenaga Ahli Kementan, Cucu SYL Beralasan Diminta Kakek Magang

Jadi Tenaga Ahli Kementan, Cucu SYL Beralasan Diminta Kakek Magang

Nasional
Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Wakil Ketua MK: Sistem Noken Rentan Dimanipulasi Elite

Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Wakil Ketua MK: Sistem Noken Rentan Dimanipulasi Elite

Nasional
Putusan Bebas Gazalba Saleh Dikhawatirkan Bikin Penuntutan KPK Mandek

Putusan Bebas Gazalba Saleh Dikhawatirkan Bikin Penuntutan KPK Mandek

Nasional
Polemik Putusan Sela Gazalba, KPK Didorong Koordinasi dengan Jaksa Agung

Polemik Putusan Sela Gazalba, KPK Didorong Koordinasi dengan Jaksa Agung

Nasional
Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Hakim MK: Mayoritas Hasil Pemilu di Papua Harus Batal

Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Hakim MK: Mayoritas Hasil Pemilu di Papua Harus Batal

Nasional
UKT Batal Naik Tahun Ini, Pemerintah Dinilai Hanya Ingin Redam Aksi Mahasiswa

UKT Batal Naik Tahun Ini, Pemerintah Dinilai Hanya Ingin Redam Aksi Mahasiswa

Nasional
Komisi X Apresiasi Pemerintah karena Batalkan Kenaikan UKT Mahasiswa

Komisi X Apresiasi Pemerintah karena Batalkan Kenaikan UKT Mahasiswa

Nasional
Jokowi Bertemu Sekjen OECD di Istana Bogor

Jokowi Bertemu Sekjen OECD di Istana Bogor

Nasional
Anak SYL Sebut Siap Kembalikan Uang yang Dinikmatinya Usai Ditantang Jaksa

Anak SYL Sebut Siap Kembalikan Uang yang Dinikmatinya Usai Ditantang Jaksa

Nasional
Usai Diduga Dibuntuti Densus 88, Jampidsus Kini Dilaporkan ke KPK

Usai Diduga Dibuntuti Densus 88, Jampidsus Kini Dilaporkan ke KPK

Nasional
Bantah Minta Rp 200 Juta untuk Renovasi Kamar, Anak SYL: Enggak Pernah Terima Angka Segitu Fantastis

Bantah Minta Rp 200 Juta untuk Renovasi Kamar, Anak SYL: Enggak Pernah Terima Angka Segitu Fantastis

Nasional
Akui Minta Rp 111 Juta untuk Aksesori Mobil, Anak SYL: Saya Ditawari

Akui Minta Rp 111 Juta untuk Aksesori Mobil, Anak SYL: Saya Ditawari

Nasional
Saksi Ungkap soal Grup WhatsApp Bernama 'Saya Ganti Kalian' di Era SYL

Saksi Ungkap soal Grup WhatsApp Bernama "Saya Ganti Kalian" di Era SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com