Slamet menjelaskan, konvensi digelar Golkar pada 2004 untuk menjawab sejumlah permasalahan di internal dan eksternal partainya. Alasan mengundang SBY adalah karena sosoknya selalu muncul dalam beberapa survei yang dilakukan oleh internal Golkar dan lembaga survei lainnya.
"Saya sempat ke kantor beliau (SBY), saya bilang mau mengundang ikut konvensi. Waktu itu beliau menolak, dan akhirnya terpilih menjadi presiden," kata Slamet dalam sebuah diskusi politik di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8/2013).
Cendekiawan Nahdlatul Ulama ini menambahkan, tawaran yang diajukan Golkar untuk SBY dilakukan saat Ketua Umum Partai Demokrat itu belum memiliki atau bergabung dangan partai politik mana pun. SBY, kata Slamet, menolak tawaran Golkar karena ingin maju sebagai calon presiden dari sebuah partai yang akan didirikannya.
"Beliau menolak, dan bilang akan maju (sebagai calon presiden) dengan kendaraan sendiri, dan kendaraan itu sekarang lebih lux," kata Slamet.
Sebagai catatan, pada 2004, Golkar menggelar konvensi untuk menentukan calon presidennya guna menyikapi sejumlah hal, antara lain yang terutama adalah perubahan undang-undang yang menyatakan presiden dipilih langsung oleh rakyat, dan calon presiden yang akan maju harus berasal dari partai politik atau gabungan dari beberapa partai politik.
Selain itu, pada 2004, Golkar juga tengah dihantam badai, ketika Ketua Umum Partai Golkar saat itu, Akbar Tandjung, tersandung masalah hukum. Konvensi digelar untuk mendongkrak elektabilitas Golkar yang ambrol dan Wiranto keluar sebagai pemenangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.