Hayono menjelaskan bahwa partainya sangat terpukul setelah Anas Urbaningrum lengser sebagai ketua umum lantaran diduga terlibat dalam kasus korupsi Hambalang. Konvensi, kata Hayono, dilakukan Demokrat dengan penuh keterpaksaan.
"Sebetulnya dulu tidak ada keinginan untuk konvensi. Jadi, capres itu fokusnya ke Anas karena Partai Demokrat berharap Anas menjadi capres termuda bangsa ini. Tetapi, semua berubah akibat (laporan) Nazaruddin," kata Hayono di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Hayono menyampaikan, saat Anas masih menjabat sebagai ketua umum, elektabilitas Partai Demokrat sangat tinggi. Akan tetapi, kata Hayono, semua seperti runtuh seketika setelah Anas terseret dalam kasus dugaan korupsi Hambalang. Citra Partai Demokrat ambrol, dan sekaligus kehilangan figur internal yang potensial.
"Karena Nazaruddin, elektabilitas Demokrat turun 10 persen. Tapi konvensi ini bagus, bisa bongkar penjara capres itu (dari) ketua umum karena belum tentu ketua umum itu calon terbaik," ujarnya.
Terkait konvensi, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono telah mengumumkan tujuh butir pokok terkait konvensi Partai Demokrat pada Minggu (7/7/2013) lalu. Penjelasan SBY dilakukan lantaran dia menyadari banyak bias yang terjadi terkait konvensi yang akan dilakukan partainya. Di dalam penjelasannya, SBY menuturkan, tujuh pokok terkait konvensi seperti penyusunan komite seleksi yang terdiri dari unsur internal dan independen.
Komite seleksi juga akan menentukan kriteria dan juga mengumumkan peserta konvensi pada Agustus 2013 ini. Sementara peserta konvensi bisa berasal dari kader Partai Demokrat ataupun non-kader.
Mereka yang lolos seleksi sebagai kandidat capres nantinya harus menjalani konvensi selama delapan bulan yang dibagi ke dalam dua tahapan. Mereka akan disurvei oleh tiga lembaga dan hasilnya diumumkan ke publik. Setelah hasil pileg diketahui, Partai Demokrat baru akan mengumumkan kandidat capres yang diusungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.