Menurutnya, anak muda bukan hanya partisipan pemilih dalam pemilu, melainkan juga agen perubahan. "Coba sekarang siapa anak muda (pemilih) yang ngecek apakah namanya muncul di DPT," ujar pengamat dari Perludem, Koirunnisa Agustyanti di Jakarta, Rabu (31/7/2013).
Perludem mengatakan, jumlah pemilih muda dalam Pemilu 2014 mencapai lebih dari 30 persen dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Namun, Koirunnisa berpendapat bahwa anak muda saat ini cenderung tidak berminat berpartisipasi dalam pemilu. Hal ini disebabkan, antara lain, sosialisasi pemilu yang tidak populer.
"Kadang anak muda itu tidak paham dapil itu apa sih, DPT itu apa sih, jadi pemilu gak cuma dateng ke TPS tapi di balik itu apa sih. Jadi KPU-Bawaslunya harus gencar juga," kata Koirunnisa.
Perludem juga menyoroti semakin menurunnya jumlah warga yang berpartisipasi pada pemilu. Pada Pemilu 1999, jumlah pemilih yang menggunakan hak suaranya adalah 92 persen, lalu pada Pemilu 2004 sebanyak 84 persen, dan pada tahun 2009 sebanyak 71 persen.
"Trennya terus-menerus menurun dari tahun ke tahun. Anak muda saat ini jumlahnya 14 juta, jika mereka apatis, maka penurunan jumlahnya pada pemilu tahun depan bisa sangat signifikan," ujar Koirunnisa.
Koirunnisa mengatakan, anak muda harus menjadi pemilih cerdas. Caranya adalah dengan memahami arti penting pemilu, mengenali profil dan visi misi calon-calon anggota legislatif, serta menggunakan hak pilih. "Anak muda adalah subyek politik," ujar Koirunnisa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.