Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jam Kerja Presiden

Kompas.com - 19/02/2013, 08:48 WIB
Joseph Osdar

Penulis

KOMPAS.com - Senin malam, tanggal 9 September 2002, di Budapest, Hongaria, seorang perempuan bernama Nuryati bertanya kepada Presiden Megawati Soekarnoputri. ”Bagaimana Ibu membagi waktu untuk keluarga dan urusan pribadi di tengah padatnya sebagai presiden?” tanya Nuryati kepada Megawati dalam pertemuan Presiden dengan warga Indonesia di negeri yang dilalui sungai romantis Danube itu.

”Harus saya katakan, sejak menjabat sebagai presiden, waktu untuk kepentingan pribadi tinggal 10 persen. Selebihnya habis untuk urusan kenegaraan, karena jam kerja presiden sebenarnya sampai pukul empat sore. Namun, kenyataannya, saya harus menerima tamu hingga pukul sebelas malam,” kata Megawati dengan suara agak serak.

Sebagai manusia biasa, menurut Megawati, dirinya ingin memiliki privasi. ”Sebenarnya saya dan putri saya, Puan, senang jalan mencari makanan yang enak, mulai dari kelas kaki lima hingga restoran besar. Namun, setelah menjadi presiden, hal itu tidak mungkin lagi saya lakukan. Sebab, kalau saya makan di satu tempat tidak mungkin hanya berdua, minimal harus 15 orang bersama pengawal,” kata Megawati.

Megawati merasa masih beruntung karena putra-putrinya sudah berkeluarga sehingga tidak perlu diurus lagi. ”Namun, saya tetap mengatur makanan yang harus disiapkan. Kalau sudah malam cucu saya datang, tetapi di sisi lain saya harus menerima tamu, saya akan biarkan cucu saya ikut di dekat saya. Saya biarkan dia bermain, sementara saya berkonsentrasi pada persoalan yang harus dibahas,” tuturnya.

Maka, ketika itu, Megawati berharap DPR membuat undang-undang yang mengatur cuti presiden supaya tidak menimbulkan cemooh. ”Ketika presiden sedang beristirahat, dikatakan presiden bisanya hanya jalan-jalan. Saya kira wajar presiden mempunyai hak cuti. Sebab, presiden negara lain pun, seperti Presiden Amerika, juga mempunyai hak cuti,” ujarnya.

Menghina

Megawati juga mengatakan, reformasi dan demokratisasi membuat orang merasa berhak melakukan apa saja. Bahkan, dengan kebebasan itu, semuanya juga merasa berhak mencemooh, menghujat, dan menghina. ”Sebagai manusia biasa, presiden itu juga memiliki perasaan. Ketika dicemooh, dihujat, ia juga tersinggung dan sakit hati,” kata Megawati.

Urusan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bagaimana? Tiap Selasa, ia meluangkan waktu untuk partainya di Lenteng Agung, Jakarta. Presiden 1999-2001 Abdurrahman Wahid tiap Jumat mengurusi Partai Kebangkitan Bangsa. Urusan partai, bagi presiden atau wakil presiden, memang sangat perlu karena partai adalah pilar mutlak demokrasi. Akan tetapi, tentu mereka juga tidak terlepas dari hujatan dan hinaan. Jangan mundur mengurus partai di tengah hujan kritik. Namun, jangan sampai hal itu memunculkan pepatah baru, ”biar anjing menggonggong, kafilah membalas menggonggong”. (J Osdar)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com