JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Laode Ida menyatakan, untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, DPD akan membentuk tim pencari fakta yang akan dikirim ke Poso.
DPD berdasarkan rapat dengan anggota DPD asal Sulawesi Tengah, Selasa (23/10/2012), tidak meyakini penuh bahwa peristiwa tersebut murni ulah teroris seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu di Poso.
"Oleh sebab itu, DPD RI akan membentuk tim fact finding untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya di sana, di antaranya seperti meledaknya bom di Polsek Kota Poso dengan beberapa korban cedera yang terjadi Senin (22/10/2012) dan dua polisi yang tewas saat ditugaskan untuk menelusuri kemungkinan adanya aksi terorisme," papar Laode kepada Kompas, Rabu (24/10/2012) pagi ini.
Menurut dia, kasus Poso jangan langsung didramatisasi terorisme dengan adanya ledakan bom itu. Pers jangan menyebut ledakan tersebut sebagai bagian dari aksi terorisme kelompok agama tertentu. "Pihak-pihak tertentu, termasuk pers, harus bisa menahan diri agar tidak mengeluarkan pernyataan yang bisa menimbulkan kecemasan di tingkat lokal, apalagi sesuatu yang bisa membuka kembali memori mereka yang pernah mengalami konflik SARA beberapa tahun silam," ungkap Laode.
Laode juga mempersoalkan hanya dua petugas polisi di Poso yang diperintahkan untuk menelusuri kasus terorisme sehingga menghilang dan ditemukan tewas. "Bukankah seharusnya terkoordinir dengan kesatuan-kesatuan lainnya di Polri atau lainnya. Inilah keganjilannya sehingga muncul pertanyaannya, mengapa cuma dua orang petugas yang dikirim?" ujarnya.
Ia khawatir kasus ini dimunculkan untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas kasus-kasus besar yang terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.