Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba Terbatas di Gedung Wakil Rakyat

Kompas.com - 17/06/2011, 08:23 WIB

KOMPAS.com - Suasana gedung Nusantara III Dewan Perwakilan Rakyat yang biasanya ”ramah” mendadak berubah. Awal pekan lalu, kontak sambungan aliran listrik yang terpasang di gedung itu tiba-tiba diputus.

Para wartawan dan pengunjung yang biasanya menggunakan kontak listrik itu untuk mengisi baterai telepon seluler dan komputer jinjing pun kebingungan. Pemutusan aliran listrik itu membuat kerja wartawan agak terganggu. ”Kalau mau dimatikan, seharusnya diumumkan dahulu, jangan main putus. Jadi, kami bisa siap-siap,” kata Haryo, wartawan salah satu media yang terbit di Jakarta.

Pemutusan itu membuat wartawan bertanya-tanya. Pasalnya, beberapa waktu lalu terdengar rumor Badan Urusan Rumah Tangga DPR tengah menyusun aturan peliputan di DPR.

Pertanyaan itu baru terjawab pada Jumat pekan lalu saat pengurus press room DPR memberitahukan kebijakan baru yang dikeluarkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR melalui surat elektronik di milis press room DPR. Rupanya, unsur pimpinan dan Sekjen DPR melarang wartawan duduk atau bekerja di lobi Gedung Nusantara III. Alasannya, lobi bukan tempat kerja ataupun tempat menongkrong.

Kemudian dalam sosialisasi peraturan baru pada Senin lalu dijelaskan, larangan itu merupakan permintaan dari unsur pimpinan DPR. Sejumlah tamu dari negara lain sering bertanya kepada unsur pimpinan DPR tentang siapa yang duduk-duduk di lobi Gedung Nusantara III.

Selain itu, wartawan diwajibkan mengenakan kartu tanda pengenal (ID card) yang dikeluarkan oleh Setjen selama meliput di gedung parlemen. Mereka yang tidak memiliki ID card DPR dilarang meliput kegiatan di gedung parlemen. Ketentuan itu dibuat lantaran banyaknya orang yang mengaku wartawan dan memeras anggota DPR.

Wartawan duduk di lobi, selain karena ruang wartawan yang terbatas, juga karena lebih mudah mengawasi unsur pimpinan dan anggota DPR yang biasanya hilir mudik di gedung Nusantara III.

Soal ID card DPR, Satrio, wartawan dari Jawa Tengah yang telah 20 bulan meliput di DPR, belum juga mendapatkannya. Padahal, dia sudah mengajukan permohonan, tetapi tidak dikabulkan Sekjen. Banyak wartawan yang senasib dengan Satrio.

Jika alasannya ada pemerasan, mengapa hal itu tidak dilaporkan kepada polisi? Mengapa malah ruang gerak wartawan dibatasi? Ada-ada saja dikau, penguasa gedung DPR. (NTA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com