Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Golkar: Demokrat Panik

Kompas.com - 03/06/2011, 13:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Golkar tak mau ambil pusing dengan opini yang dibentuk oleh salah seorang politisi Demokrat, Ramadhan Pohan, tentang Mr A yang disebut-sebut sebagai pihak yang ingin menghancurkan Demokrat dengan mengirimkan pesan singkat (SMS) gelap yang menyerang pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat sendiri. Bergulirnya inisial Mr A menimbulkan berbagai spekulasi siapa politisi yang dimaksud dan dituding ingin menghancurkan Demokrat. Politisi Golkar Bambang Susatyo mengatakan, pihaknya meminta para politisi Demokrat tidak asal bicara meski sekarang masih dalam keadaan panik.

"Paling-paling kita hanya bisa berdoa semoga mereka segera menyelesaikan internal problemnya. Sebagai orang luar, kita tentu tidak tahu masalah-masalah seperti yang ada dalam SMS tersebut. Yang paling tahu adalah orang dalam sendiri," katanya kepada wartawan, Jumat (3/6/2011)

Bambang juga meminta Partai Demokrat segera memperingatkan Ramadhan mengenai pernyataannya terkait kasus mantan Bendahara Umumnya M Nazaruddin ke publik dan pengungkapan inisial Mr A yang disebut mengirimkan SMS terkait staf ahli Presiden Daniel Sparringa serta kecurangan 80 juta suara pemilu legislatif dan pemilu presiden. Pasalnya, Bambang mengatakan, pernyataan Ramadhan tentang Mr A tersebut membuat publik bertanya-tanya dan menaruh rasa curiga kepada politisi berinisial A, termasuk ke sejumlah petinggi Golkar yang berinisial A.

"Contoh perilaku cara-cara berpolitik buruk kembali dipertontonkan. Partai Demokrat harus tegas terhadap kader yang melempar isu dan menuding ada tokoh berinisial A tanpa fakta. Kalau dia punya fakta, kenapa tidak langsung saja tunjuk hidung dan laporkan ke pihak berwajib. Bukannya berkelit dan berkilah," tambahnya.

Bambang menilai pernyataan Ramadhan itu hanyalah pengalihan isu dari kasus internal Demokrat yang berawal dari kasus dugaan suap Sesmenpora. Menurutnya, pernyataan itu mencoba menghadirkan kambing hitam dan menebar fitnah terhadap politisi yang kebetulan berinisial A. Golkar memahami bahwa Demokrat dalam keadaan panik. Namun, Bambang tak sepakat bila internal Demokrat malah menggulirkan pernyataan yang menuding pihak lain.

"Bahkan ada kader Demokrat menyebut tokoh itu bermodal besar. Apa urusannya? Jelas tampak mereka masih hijau dalam berpolitik. Jujur saja, kita sebenarnya malas berkomentar. Sebab, kalau kita ngeladeni orang panik, sama bodohnya. Politisi yang memiliki inisial A kan banyak," ujar anggota Komisi Hukum DPR ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

    Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

    Nasional
    Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

    Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

    Nasional
    Memulihkan Demokrasi yang Sakit

    Memulihkan Demokrasi yang Sakit

    Nasional
    Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

    Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

    Nasional
    Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

    Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

    Nasional
    Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

    Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

    Nasional
    Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

    Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

    Nasional
    Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

    Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

    Nasional
    Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

    Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

    Nasional
    Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

    Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

    Nasional
    Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

    Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

    Nasional
    Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

    Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

    Nasional
    Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

    Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

    Nasional
    Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas 'Montblanc' Isi Uang Tunai dan Sepeda 'Yeti'

    Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas "Montblanc" Isi Uang Tunai dan Sepeda "Yeti"

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

    Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com