Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencopotan Nazaruddin Dilematis

Kompas.com - 25/05/2011, 20:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menyatakan, penonaktifan Nazaruddin sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat sebenarnya menunjukkan sikap dilema partai tersebut. Menurut dia, posisi Nazaruddin ini membawa pengaruh buruk untuk partai tersebut karena itu ia dinonaktifkan.

Namun, tidak cukup sampai di situ dilemanya. Demokrat juga dinilainya takut kalau Nazaruddin berbicara lebih banyak lagi tentang kemungkinan kader Demokrat yang terlibat. Karena itu, banyak hal yang terlihat tengah dipertimbangkan partai ini untuk bisa mencapai posisi aman.

"Ini sebenarnya kompromi politik antara Demokrat dan Nazaruddin. Kalau terus dibiarkan sebagai bendum, Demokrat akan semakin 'diobok-obok' oleh orang-orang. Makanya, mereka saling tawar-menawar sehingga ia cukup diberhentikan saja sebagai bendum," ujar Ray Rangkuti di Omah Sendok, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2011).

Ray menduga Demokrat tidak akan berani untuk memutuskan melakukan penghentian antarwaktu (PAW) Nazaruddin sebagai anggota DPR karena ditakutkan Nazaruddin akan menjalankan ancamannya untuk membuka kedok semua orang yang tersangkut dalam kasus yang melibatkan namanya. Apalagi, jika sampai kader Demokrat ataupun pihak lain dalam DPR membawa nama Nazaruddin ke proses hukum.

Ray meyakini, Nazaruddin tak segan-segan membeberkan semua nama yang terlibat. "Kalau sampai masuk ke proses hukum, enggak ada jaminan orang lain di dalam Demokrat yang enggak terseret. Jadi dinonaktifkan sebagai bendum, tapi hal ihwal yang lain tidak boleh diganggu. Setelah ini, maka enggak ada lagi kasus ini. Maka, enggak ada kemungkinan ini menyeret ini atau menyeret itu lagi karena Nazaruddin sudah memberikan semacam sinyal, cukup sampai penonaktifan saja. Jika lebih, ia akan bicara," ujar Ray.

Ia mengatakan, dengan Demokrat melepas tanggung jawab, yakni menonaktifkan Nazaruddin, itu sama saja dengan menunjukkan bahwa Demokrat, terutama SBY sebagai ketua dewan pembinanya, melanggar janji untuk memberantas korupsi. "Kita mendorong kalau ada proses hukum, harusnya Demokrat dorong. Proaktif, bukan membiarkan dan melepaskan tanggung jawab. Apa dong upaya Demokrat dan ketua dewan pembinanya untuk upaya berantas korupsi. Berantas dari dalam partai dulu dong," paparnya.

Sementara itu, menurut Jeffrey Sumampow dari Formappi, kasus ini sebenarnya merupakan konflik antarkader Demokrat sendiri. Karena itu, kasak-kusuk hanya terdengar dari partai itu saja. Jadi, biarkan saja partai ini membuat kebijakannya.

"Kasus Nazaruddin ini konflik di Demokrat sendiri. Enggak ada yang di luar ini kan yang terlibat kasak-kasuk, hanya mereka saja. Biarkan saja. Mereka saling membuka proyek ini sendiri, nanti juga akan terbuka dengan sendirinya," tukas Jefrrey.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

    KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

    Nasional
    Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

    Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

    Nasional
    Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

    Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

    Nasional
    Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

    Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

    Nasional
    KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

    KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

    Nasional
    Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

    Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

    Nasional
    Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

    Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

    Nasional
    Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

    Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

    Nasional
    Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

    Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

    Nasional
    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

    Nasional
    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Nasional
    Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Nasional
    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Nasional
    Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Nasional
    Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

    Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com